Tak Berkategori

Bunuh di Legok dalam Kajian Kriminologi

Pembunuhan bisa sebab sepele. Dua pria S (60) dan SY (35) nonton video porno di rumah S di Tangerang, Minggu (29/5). S bilang ingin ngeseks dengan kakak perempuan SY, bayar Rp300 ribu: “Maukah?” Lalu S dibunuh SY.

***

ITU pengakuan tersangka S dari hasil penyidikan,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes E Zulpan di jumpa pers, Kamis (2/6). Masih disidik lebih dalam motifnya.

Baca Juga

Hasil penyidikan, kronologi demikian: Minggu (29/5) malam, SY ke rumah S di Legok, Tangerang, Banten. Mereka bertetangga, sebelahan rumah. Diduga mereka sudah janjian. Nonton video porno di situ. Tidak ada orang lain di rumah itu.

Kombes Zulpan: “Korban S lalu bicara ke pelaku SY. S niat berhubungan seks dengan kakak perempuan pelaku: Mau nggak Rp 300 ribu, dipakai? Lantas pelaku marah. Mereka cekcok. Berantem.”

Kebetulan di lokasi ada kapak. SY memukul kepala S dengan itu. Langsung ambruk. Tapi masih terjadi perkelahian. “Korban melawan. Tapi SY terus memukul S dengan kapak.”

Setelah S tak bergerak, SY bingung. Ia menggeledah rumah, menemukan karung. Tubuh S dikarungkan. Lalu dipikirkan pembuangannya. Ada kubangan air bekas galian pasir, membentuk danau, tak jauh dari situ.

SY memanggil tetangganya, pemuda MYM (18). Mereka lantas memberi pemberat besi pada karung. Akhirnya mereka mengangkat karung, dibuang ke danau. Tenggelam.

Selasa, 31 Mei 2022 sore karung berisi mayat ditemukan warga setempat. Diidentifikasi polisi, itu jenazah S. Polisi menyelidiki. Mengerahkan banyak personil.

Rabu, 1 Juni 2022 sekitar pukul 10.00 SY ditangkap polisi di rumahnya. Menyusul, MYM ditangkap pula. “Kedua tersangka kami tangkap tidak sampai 24 jam dari saat penemuan mayat,” kata Zulpan.

Para pelaku dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. “Pelaku terancam hukuman mati, atau penjara seumur hidup,” pungkas Zulpan.

Sesederhana itu penyebab pembunuhan. Tanpa mengabaikan, bahwa kata-kata korban bisa ditafsirkan sebagai pelecehan verbal berat, tapi sesederhana itu. Orang bisa gelap mata, membunuh.

Walaupun, dari pasal yang diterapkan penyidik, pembunuhan berencana, berarti ada hal yang tidak diungkap penyidik di jumpa pers. Artinya, ada latar belakang kisah di balik obrolan S – SY saat nonton video porno. Juga terkait pelaku pembantu, MYM, dikenakan pasal sama.

Cendikiawan Inggris, Robert Burton (1577 – 1640) dosen ilmu saraf Oxford University, Inggris, dalam bukunya “The Anatomy of Melancholy” (1621) dijadikan rujukan banyak kriminolog, tentang penyebab orang membunuh orang lain.

Di buku itu disebutkan, belum ada ilmu yang mengungkap, apa penyebab spesifik orang membunuh. Disebutkan, secara umum penyebabnya adalah emosional yang meledak.

Profesor David Buss, guru besar psikologi di University of Texas-Austin, dalam bukunya “The Murderer Next Door: Why the Mind is Design to Kill” (2006) senada dengan buku Robert Burton. Yakni: penyebab mendasar adalah emosional.

Prof Buss dalam bukunya adalah hasil riset. Jumlah responden 5.000 orang pria wanita proporsi seimbang. Usia responden 20 – 60 tahun. Yang menarik adalah ini:

Dari responden, 91 persen pria dan 84 persen wanita, di sepanjang hidupnya, pernah berpikir membunuh orang. Cuma berpikir, atau membayangkan.

Ketika membayangkan membunuh, ia sedang diliputi rasa tidak suka yang parah terhadap orang yang ditarget bunuh. Sampai di sini, unsur emosional dari Robert Burton, masuk. Terpakai.

Tapi, dari sekian responden yang membayangkan akan membunuh, rata-rata hanya sekitar 1 persen yang benar-benar melaksanakan pembunuhan. Artinya, mayoritas tidak mewujudkan niat mereka.

Diperdalam lagi, mengapa yang 1 persen itu benar-benar membunuh? Dijawab, bahwa yang bersangkutan sudah punya masalah psikologis sebelum melaksanakan pembunuhan.

Digambarkan, orang yang mengemudi mobil di kemacetan lalu lintas, sedikit atau banyak, sudah diliputi stress. Ketika di kemacetan lalu lintas itu ada orang yang melakukan suatu tindakan menjengkelkan, maka meningkatkan stress.

Itu belum cukup memicu tindakan pembunuhan. Tapi, jika orang yang bersangkutan punya problem pribadi yang rumit, misalnya, sedang dalam proses perceraian, atau sedang ditagih utang, maka tingkat stress naik lagi.

Itu juga belum menghasilkan pembunuhan. “Pembunuhan terjadi, jika yang bersangkutan merasa hidupnya terancam oleh korban. Dan, ancaman tampak nyata,” tulis Prof Buss dalam bukunya.

Di kasus Tangerang, kejadiannya terlalu sederhana untuk menghasilkan pembunuhan. Maka, tugas polisi mengungkap latar belakang motif secara lebih spesifik.

Pengungkapan motif, untuk setiap kejahatan, jadi pelajaran bagi masyarakat. Agar terhindar dari kejahatan. (*)


Editor : Irawan
Publisher : Ameg.id
Sumber : Ameg.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button