Nasional

Bunuh Subang Buntu, Dukun Bicara

Pembunuhan Tuti (55) dan puterinya, Amel (23) di Subang, Jabar, 18 Agustus 2021, belum terungkap. Akibatnya, bukan hanya media massa dan medsos berspekulasi. Dukun pun menganalisis, partisipasi di era demokratisasi ini.

***

DUKUN, tentu menggunakan akun YouTube menyebar analisis. Gampang dan cepat menyebar.

Baca Juga

Terbaru, publikasi Rabu, 4 Mei 2022. Akun YouTube “Misteri Mbak Suci”, diberi judul “Petunjuk Kuat buat Pihak Penyidik di Tanggal 17 Agustus Malam, Siapa Pelaku Sebenarnya, Semoga”

Ulasannya panjang. Tapi intinya ada dua:

1) Jika Tuti jadi korban awal, siapa orang yang bisa menenangkan korban Amalia alias Amel saat melihat mamanya dibunuh?

Apakah Amel dibawa keluar rumah oleh pelaku, setelah menghabisi nyawa Tuti?

2) Jika Amel jadi korban awal, dimana eksekusinya? Apakah Tuti jadi korban berikutnya karena mengetahui kejadiannya?

Jadi apapun yang terjadi pada diri mereka, satu sama lain akan saling mengetahui.

Analisis nomor dua, terpatahkan oleh hasil otopsi jenazah. Keterangan pers Kapolres Subang, AKBP Sumarni, 19 Agustus 2021 mengatakan:

“Berdasarkan hasil autopsi jenazah, korban Amelia meninggal antara pukul 04.00 sampai pukul 05.00 WIB (Rabu, 18 Agustus 2021). Sedangkan, ibunya diperkirakan 5 jam sebelumnya.”

Atau, Tuti meninggal antara pukul 23.00 WIB, Selasa, 17 Agustus 2021, sampai pukul 00.00 WIB, Rabu, 18 Agustus 2021.

Lebih baru lagi, YouTube publikasi Kamis, 5 Mei 2022. Di kanal milik Bang Cecep, yang tegas mengaku sebagai paranormal. Judulnya lebih galak, tapi rumit: “Ciri-ciri Pelaku dan Pembantu dalam Kasus Subang menurut Perspektif Entitas Amel”.

Yang dimaksud “Entitas Amel” inilah yang sulit dipahami. Absurd. Tapi maksudnya kira-kira, makhluk gaib yang berperan sebagai Amel.

Intinya, Bang Cecep bermimpi bertemu dengan almarhumah Amel. Di situlah Amel bicara kepada Bang Cecep, merinci ciri-ciri pembunuh dia dan Tuti. Lalu, Cecep di YouTube mengungkap ciri-ciri pembunuh Amel. Tiga pria dibantu empat pria. Begini:

Semua pembunuh Amel adalah pria lajang. Pria pertama bermata sipit, tinggi kurus, pakai jaket hitam gelap. Ia menghantam wajah Amel dengan benda seperti dongkrak warna hitam.

Pria kedua matanya agak belo. Sedikit lebih tinggi dari Amel, tegap, memakai jaket parasut. Pria ini membabi buta eksekusi Amel. Dengan pukulan tangan kosong.

Pria ketiga, tubuh agak gempal. Bau miras dan bawa clurit pendek yang sudah berlumuran darah. Pakai jaket hitam dan bawa cobek. Dengan cobek itulah ia menghantam kepala Amel dari belakang.

Cecep: “Setelah merinci para pelaku, Amel menghilang. Itu beberapa hari lalu. Amel sampai detik ini belum masuk lagi dalam mimpi saya.”

Dilanjut: “Tapi ketika saya coba berbicara kepada Amel melalui semacam ritual, dia selalu menutupinya. Sepertinya ada aib.”

Info penting: “Amel sempat menggigit tangan pria yang tubuhnya agak gempal. Lalu, Amel lari ke belakang dan berteriak minta pertolongan. Kepala Amel dikepruk cobek.”

Tayangan Dukun Cecep untuk pria nomor tiga, tidak logis. Pria gempal itu membawa clurit berlumuran darah (baru saja membelah orang). Tapi, ia membunuh Amel dengan mengepruk cobek.

Berarti, ia membawa clurit di tangan kiri, cobek di tangan kanan (jika ia bukan kidal). Terlalu rumit membunuh dengan gaya begitu.

Tapi, sudahlah… Namanya juga perkiraan paranormal. Di era demokrasi ini orang bebas bicara.

Tayangan YouTube paranormal itu tidak melanggar hukum. Bukan termasuk ujaran kebencian. Juga bukan hoaks. Karena, bagaimana cara membukti bahwa ia benar bermimpi begitu, atau tidak?

Tuti dan Amel ditemukan tewas bersimbah darah di mobil keluarga mereka, Toyota Alphard, di garasi rumah mereka. Di Dusun Ciseuti, Desa Jalan Cagak, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

Tuti adalah isteri pertama Yosef (pekerjaan kontraktor). Amel adalah anak kandung Yosef dan Tuti. Yosef sudah menikah lagi dengan Mimin, walaupun Tuti tidak diceraikan.

Ketika Yosef diperiksa polisi selaku saksi, ia langsung menggunakan jasa pengacara untuk mendampingi. Logikanya, Yosef jadi sorotan, karena posisinya menduakan cinta.

Kasus ini semula dilihat gampang oleh polisi. Sehari setelah kejadian, yakni 19 Agustus 2021, Kapolres Subang, AKBP Sumarni sudah menyimpulkan, pelaku adalah orang dekat korban.

AKBP Sumarni kepada pers, 19 Agustus 2021: “Diketahui dari hasil olah TKP serta keterangan dari saksi-saksi, diduga pelaku mengenal dengan korban dan sudah mengetahui situasi dari dalam rumah korban.”

Indikatornya: Tidak terjadi pencurian atau perampokan. Tidak ada barang berharga yang hilang. Juga, tidak ada tanda-tanda kerusakan pada pintu rumah korban, sebagai TKP.

Tapi, ternyata polisi sulit mengungkap. Kasusnya dinaikkan, ditangani Polda Jawa Barat. Diturunkan tim penyidik. Belum terungkap juga. Akhirnya naik lagi ditangani Mabes Polri. Dan, sampai kini masih nihil.

Sampai kini hampir 150 orang saksi diperiksa. Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Ibrahim Tompo kepada pers di Mapolda Jabar, Kamis, 10 Februari 2022 mengatakan:

“Saya sudah melakukan koordinasi dengan penyidik. Memang kita belum terlalu publikasi banyak. Tapi yang diperiksa sudah lebih seratusan orang.”

Kapolda Jabar, Irjen Suntana kepada pers, Rabu, 29 Desember 2021 mengatakan: “Dalam pengungkapan satu perkara itu tergantung bukti-buktinya, ada yang cepat dan lama.”

Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jabar, Kombes Yani Sudarto mengatakan:

Olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) dilakukan penyidik lima kali. Otopsi jenazah korban, dua kali. Pemeriksaan ahli, tujuh kali.

Analisis IT maksimal. Termasuk analisis terhadap CCTV yang kurang lebih ada 40-50 titik, pada jarak sepanjang 50 kilometer.

Jadi, polisi sudah bertindak sekuat kemampuan. Tapi, mereka belum juga menemukan, minimal dua alat bukti yang cukup (sesuai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana – KUHAP).

Kombes Yani Sudarto: “Kenapa kasus ini tingkat kesulitannya sangat tinggi? Karena sampai saat ini penyidik belum dapat memastikan dua alat bukti yang cukup.”

Kalau sampai 18 Mei 2022 belum terungkap, berarti sudah sembilan bulan. Ibarat wanita hamil, mestinya sudah melahirkan.

Analogi wanita hamil itu, juga YouTube dua paranormal di atas, ratusan berita di media massa, serta ribuan orang pemerhati medsos tentang kasus ini, menjadi tekanan luar biasa terhadap Polri. Bertubi-tubi. Berbulan-bulan.

Hebatnya, Polri teguh tak tergoyahkan. Bertindak sangat hati-hati. Polri menahan tekanan publik itu dengan sabar. Tidak terburu-buru.

Bandingkan, seumpama Polri tergesa-gesa. Lalu menetapkan tersangka pada orang yang tidak bersalah, karena terlalu gopoh. Apakah itu yang diinginkan publik? (*)


Editor : Irawan
Publisher : Ameg.id
Sumber : Ameg.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button