Malang Raya

Bupati Malang: Sawit Bisa Jadi Solusi Banjir dan Longsor

AMEG – Bupati Malang HM Sanusi bersikeras menyatakan, penanaman kelapa sawit tidak memiliki dampak lingkungan jika benar terealisasi ditanam dalam skala besar di Malang Selatan. 

Hal itu juga ia sampaikan saat memberi sambutan di Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Pembangunan Jarak Menengah Daerah (RPJMD) 2021-2022 di Hotel Ijen Suite beberapa waktu lalu. 

“Menurut saya lebih bagus kalau (ditanam) di daerah yang kemiringannya curam agar tidak banjir. Banjir longsor itu karena tanaman di atasnya itu habis,” ujar Sanusi.

Baca Juga

Sanusi juga mempertegas bahwa akar kelapa sawit memiliki bentuk dan jenis yang sama persis seperti akar yang dimiliki kelapa biasa. Pria asal Gondanglegi ini bahkan mengatakan jika sawit yang ditanam di Malang Selatan tidak menimbulkan dampak lingkungan sama sekali.

“Pak Sandi (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) kemarin menyampaikan waktu di Batu, saya tanyakan ke beliau (apakah) kelapa sawit menghabiskan air, lalu beliau bilang itu hoaks.”

“Justru lahan-lahan yang tidak produktif nanti bisa menghasilkan secara ekonomi. Apa dampaknya? Itu kan hanya khawatir saja, kelapa sawit tumbuh dimana-mana, sudah berjalan di Kalipare, Donomulyo, Pagak,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan jika akan memanfaatkan tanah-tanah tidak terpakai di sepanjang Kecamatan Ampelgading sampai Kecamatan Kalipare.

“Tidak ada gangguan lingkungan, malah menimbulkan oksigen lebih bagus karena tanamannya bagus. Bisa mencegah banjir dan oksigen bagus karena mereka tumbuh dengan lebat. Untuk lahan tidak terpakai yang digunakan mulai dari Ampelgading sampai Kalipare, luasnya hampir 40 ribu sampai 60 ribu hektare,” terangnya.

Terakhir, pengusaha tebu asal Gondanglegi ini menjelaskan. Megaproyek akan mulai dijalankan menunggu instruksi dari pemerintah pusat.

“Menunggu menteri, karena ini program pusat. Ini bukan program kabupaten dan perlu digarisbawahi ini semua programnya pusat. Kita hanya menyediakan lahan yang tidur itu, supaya nanti masyarakat lebih produktif,” pungkasnya.

Sementara itu, hal berbeda disampaikan oleh salah satu anggota Aliansi Selamatkan Lingkungan Malang Selatan (ASLIMAS), Andi Syaifudin. Pria yang juga menjadi founder Lembaga Konservasi Sahabat Alam Indonesia (SALAM) ini menjelaskan. Morfologi tanaman sawit, tidak dapat memperkuat struktur tanah. Karena sawit memiliki akar serabut. 

“Sawit itu akarnya serabut. Jadi tidak bisa menahan air, apalagi tanah. Yang ada bisa berpotensi menimbulkan erosi. Sementara soal banjir, bagaimana menahan banjir, kondisi di Malang Selatan kan krisis air.”

“Kalau memang untuk menahan gelombang di daerah pesisir, seharus memperbanyak tanaman bakau. Yang berfungsi sebagai benteng hijau,” terang Andi.

Selain itu, sebagai ganti sawit, menurut Andik masih banyak tanaman agroforestri lain yang sudah mulai ditanam warga. Dan struktur tanamannya, juga bisa berfungsi sebagai penyerap air. 

“Nilai ekonomisnya tetap ada kalau tanaman agroforestri. Apalagi di Malang Selatan, strukturnya itu karst,” pungkasnya.(*)


Editor : Yanuar Triwahyudi
Publisher : Rizal Prayoga
Sumber : -

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button