Kuliner

Dikemas jadi Gift plus Notes

Dari Mini Churros ke Mini Chiffon

Kuliah online yang dimulai sejak Maret tahun lalu, membuat Yosefin Adventa, beserta saudaranya Diena Delaiah membuka bisnis kuliner mereka sendiri. Namanya Chubite.

***

AMEG – Awalnya Yosefin dan Diena hobi masak-masak sekadarnya. Mulai dari makanan sehari-hari sampai iseng-iseng membuat snack. Di antaranya churros mini. Bentuknya kecil dan lucu. Tak seperti churros umumnya yang dicetak panjang-panjang. ”Pas kami coba, kok enak rasanya. Kami berpikir menjualnya lewat online shop,” kata Yosefine.

Baca Juga

Tak disangka, permintaan lumayan banyak. Samapai-sampai mereka membikin banyak varian topping untuk churros. Tapi lama-lama, mereka yang bosan sendiri. Ada keinginan mencoba sesuatu yang baru. ”Dari sekian yang ada, pilihan itu jatuh kepada kue mini chiffon,” ucap Yosefin.

Ketika mencari variannya, keduanya melakukan riset sendiri. Hanya dari googling. Mulai dari resep, cetakan, hingga referensi tampilan kue chiffon yang menarik. ”Bagaimana caranya sampai dapat yang lebih praktis dan ketika dimakan tidak terasa enek,” katanya.

Waktu itu keduanya masih semester 7. Banyak dari teman mereka yang menempuh seminar proposal, ujian, sidang, dan ulang tahun. ”Tercetuslah lagi ide mengemas mini chiffon ini seperti gift. Biar bisa jadi kue surprise kecil-kecilan. Kan lucu. Harganya pun affordable,” terangnya.

Sekarang, ada enam varian mini chiffon Chubite yang namanya diambil dari gabungan kata cubit dan bite. Kombinasi antara pemilihan rasa dari kue dasarnya dan pemilihan topping. Ada pandan mini chiffon with cheese hingga varian vanilla mini chiffon with caramel sauce and cornflakes.

Kalau hasilnya cantik, proses pembuatannya lumayan Panjang. Padahal porsi yang disajikan terbilang kecil. Sebab harus menggabungkan dua adonan yang berbeda. Antara campuran kuning telur beserta bahan-bahan kering dan adonan putih telur. Barulah kemudian adonan itu diaduk, dan dipanggang di dalam oven.

Menariknya, tidak seperti kue pada umumnya, kue chiffon tidak perlu melapisi loyangnya dengan tepung atau mentega. ”Ternyata membuat kue chiffon ini sedikit tricky. Misal, jika terlalu lama mengocok telurnya, kuenya bisa jadi terlalu padat dan tidak fluffy. Suhu oven yang terlalu panas bisa bikin kuenya kering dan pecah. Bahkan sobek,” ungkapnya.

”Ketika kuenya keluar dari oven, loyangnya harus dibalik di atas botol dan ditunggu sampai dingin. Barulah kuenya bisa dikeluarkan dari loyang. Proses ini sering bikin deg-degan. Karena kalau salah sedikit saja dalam prosesnya, chiffon bisa sobek dan berlubang,” lanjutnya menjelaskan.

Meskipun hanya menjual secara daring tanpa ada gerai, keduanya yakin dengan minat konsumen ke depan. Sebab ada beberapa hal yang menjadikan chiffon dari Chubite berbeda. Salah satunya adalah kombinasi rasa yang menjadikan tampilannya colorful dan tanpa bahan pengawet.

Ditambah pendapat pelanggan yang mengatakan bahwa chiffon keduanya itu punya wangi yang khas. Selain itu desain packaging yang jadi nilai jualnya. ”Tampilan itu cocok untuk dijadikan gift. Kami melengkapi packaging-nya dengan notes. Jadi, orang yang mengirim bisa kasih pesan apa saja untuk yang tertuju,” tuturnya.


Editor : Sugeng Irawan
Publisher : Rizal Prayoga
Sumber : Di's Way

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button