Regional

Habis Lebaran Karaoke Buka Lagi

Menjaga Lentera Dakwah Pesantren JeHa Jarak-Dolly (30)

Kiai Nu’man meminta kami datang ke Pesantren JeHA setelah Lebaran. Ia yakin karaoke dewasa di sepanjang Putat Jaya Gang IV B buka lagi.

***

AMEG – Jalan Girilaya tak lagi macet seperti biasanya. Lalu-lintas Surabaya jauh lebih tenang sore itu (20/5). Pasar Jarak juga masih tutup saat Lebaran.

Baca Juga

Toko-toko di sepanjang Jalan Jarak juga masih belum beroperasi. Termasuk toko milik Kiai Nu’man dan Muhammad Nasih, pendiri JeHa. Rumah mereka masih tertutup rapat.

“Waduh, aku nggak di rumah,” ujar Nasih saat ditelepon sore itu. Kami memang tidak janjian ketemu. Keluarga besar pendiri JeHa sepertinya masih mudik ke Leran, Gresik.

Sementara itu suasana Putat Jaya Gang IV B justru sebaliknya. Dari mulut gapura sudah terdengar musik dangdut dengan suara bass yang menggelegar.

Santri pesanten JeHa sedang belajar menulis al quran, mereka kelak akan menempati asrama yang kini masih dalam proses pembangunan. (Foto: Eko – Di’s Way)

Rupaya yang dibilang Kiai Nu’man tidak salah. Rumah karaoke dewasa yang juga diselipi bisnis pelacuran itu masih buka.

Kami sempat berhenti di depan pesantren JeHa. Pagarnya yang selalu terbuka untuk umum, kini dikunci. Tak terdengar lagi suara khataman Alquran yang berkumandang sepanjang bulan puasa.

Penguasa karaoke yang berhenti beroperasi sepanjang Ramadan kini mengambil giliran. Sudah sebulan mereka tutup. Tempat karaoke sudah harus buka biar dapat duit lagi.

Tradisi ini sudah terjadi sebelum Dolly resmi ditutup 18 Juni 2014. Semua wisma dan tempat karaoke tidak boleh buka. Mereka menghormati umat Islam yang berpuasa. Sementara itu Pekerja Seks Komersial (PSK) pulang kampung

Kini sisa-sisa lokalisasi itu berkumpul di Putat Jaya Gang IV B. Jadi satu lingkungan dengan Pesantren JeHa.

Sore itu, rumah karaoke di samping pesantren masih tutup. Suara musik terdengar agak jauh, dari sisi selatan.

Saat berjalan di sepanjang lorong gang sempit itu beberapa warga menyapa dengan ramah. Mereka sudah mengenal kami yang sudah tujuh kali berkunjung pesantren dan masjid JeHa yang sedang dibangun itu.

Sementara beberapa orang lainnya memandang dengan sinis. Mereka juga tahu kami sering mondar-mandir di gang itu dengan M. Nasih. Ialah tokoh muda asli Jarak-Dolly yang jadi musuh besar pengusaha prostitusi.

Setelah jalan hingga ke ujung gang, ternyata ada tiga rumah karaoke yang sudah beroperasi. Masih banyak yang tutup.

Suara nyanyian pelanggan dan wanita penghibur terdengar nyaring dari depan rumah karaoke itu. Pengeras suaranya beradu satu sama lain.

Ada beberapa lelaki dan perempuan yang berkumpul di setiap rumah karaoke tersebut. Jika ingin masuk, pelanggan harus menemui mereka dulu. Sementara rumah karaokenya ditutup rapat.

Suasana itu akan terus bertahan sampai Ramadan berikutnya. JeHa sudah terbiasa dengan lingkungan itu. Bahkan, dahulu lebih parah.

Kiai, Nu’man pernah kedatangan tamu dari luar kota. Rombongan tidur di JeHa. Salah satunya adalah Dr Amir Maliki Abitolkha, Rektor Universitas Darul Ulum Jombang. “Pak Amir yang sekarang rektor Undar itu sampai sambat. Nggak bisa tidur sampai subuh,” ujar Kiai Nu’man saat ditemui 30 April.

Suasana Lebaran di Putat Jaya Gang IV B, ada tiga rumah karaoke buka saat itu. (Foto: Eko – Di’s Way)

Suasananya seperti ada kondangan setiap hari. Cuma warga yang sudah hidup puluhan tahun yang terbiasa dengan situasi itu.

Sudah beberapa kali JeHa lapor ke camat atau pemkot. Cuma belum ada tindakan tegas. Toh, yang beroperasi tinggal satu gang. Jadi, terkesan dibiarkan saja.

Saat kami melintasi gang itu, ternyata ada markas Front Pekerja Lokalisasi (FPL). Inilah komunitas yang terlibat bentrok saat penutupan lokalisasi. Beberapa pentolannya ditahan gara-gara kerusuhan itu.

Ari Saputro alias Pokemon yang memimpin FPL tinggal di markas tersebut. Tempatnya ditandai dengan stiker putih dengan simbol hitam dan merah khas FPL. Stiker itu ditempelkan di jendela berkaca gelap di rumah bercat putih. Lokasinya ada di tengah gang, tak jauh dari lokasi pembangunan Masjid JeHa.

Sebelum lokalisasi ditutup, FPL begitu berjaya, sementara JeHa adalah minoritas. Kini situasinya mulai berbalik. Kekuatan FPL menurun seiring dengan banyaknya wisma yang ditutup. Satu-satunya kekuatan mereka hanya tersisa di Putat Jaya Gang IV B.

Jika FPL melawan pemerintah, kini lawan mereka adalah JeHa. Pesantren yang mereka biarkan ini ternyata berkembang pesat.

Yang dahulu muridnya cuma satu kelas atau 30 santri. Kini sudah berkembang jadi 225 santri.

Pesantren yang dahulu punya satu gedung itu kini telah menguasai 4 aset di gang yang sama. Semuanya eks wisma yang pemiliknya sudah angkat tangan.

Sebentar lagi masjid yang mereka bangun juga akan difungsikan di gang itu. Suara azan lima waktu dan ngaji para santri akan dikumandangkan.

Corong dakwah Masjid JeHa akan head to head dengan sound system milik rumah-rumah karaoke. Siapa yang menang? (*)


Editor : Sugeng Irawan
Publisher : Rizal Prayoga
Sumber : Harian Di's Way

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button