Disway

Indah 714

AMEG – Indah Kurnia tidak punya hubungan keluarga dengan Budi Santoso. Tapi Indah masih terus menangis kalau bercerita soal pengusaha sukses di Surabaya itu. Yang memiliki pabrik alat-alat pertanian terbesar di Indonesia itu.

“Beliau sampai mau duduk di trotoar memberikan dukungan pada saya,” ujar Indah yang kini duduk di komisi keuangan DPR RI.

Waktu itu Indah lagi ingin memecahkan rekor MURI: menyanyikan 714 lagu tanpa melihat teks. Selama lima hari berturut-turut. Dari pukul 09. 00 sampai sore. Itu untuk memperingati HUT Ke-714 Kota Surabaya.

Baca Juga

Di antara lima hari itu, ada yang tempat menyanyinyi di Taman Bungkul. Budi Santoso hadir untuk memberi dukungan.

Tidak ada tempat duduk. Ia sampai duduk di trotoar Jalan Raya Darmo. Bersama penonton umum.

Di antara lima hari itu, hanya hari Ke-5 Budi Santoso tidak hadir. Ia harus ke Jakarta. Salah seorang tokoh lagi mantu. Ia harus hadir. Itu pun masih menelepon Indah, ketika Budi Santoso di dalam pesawat.

Indah pertama kali mengenal Budi Santoso ketika berumur 28 tahun. Yakni ketika Indah menjabat kepala cabang Bank Central Asia (BCA) di kota kecil Krian, 30 Km dari Surabaya.

Kota itu sudah dikuasai Bank Lippo —kini bank itu sudah almarhum. Indah berpikir ke mana harus mencari nasabah.

Maka Indah menyusuri kawasan industri Driyorejo —di antara Krian dan Surabaya. Dia datangi satu per satu pabrik di kawasan itu.

Ketika masuk di pabrik Agrindo, Indah melihat ada ruang peribadatan Kristen di situ. “Siapa yang memimpin kebaktian di sini?” tanya Indah ke staf yang menemui. “Pak Budi Santoso sendiri. Bos di perusahaan ini,” jawab staf itu.

Indah pun minta izin apakah boleh gabung di kebaktian. “Dengan senang hati,” jawab staf.

Maka hari Selasa berikutnya, hari kebaktian di pabrik itu, Indah datang. Berkenalan lah dengan bos besar. Indah sudah biasa menyanyi lagu rohani. Di situ Indah minta izin untuk tampil menyanyi solo.

Diizinkan. Bagus sekali. Dipuji. Jemaat senang sekali.

Cara pendekatan seperti itu rupanya sangat mengena. Sistem penggajian di situ pun pindah lewat BCA. Banyak juga staf yang ingin menabung di BCA. “Saya tinggalkan banyak buku tabungan di bagian personalia. Untuk diserahkan kepada yang berminat menabung. Waktu itu cara seperti itu masih boleh dilakukan bank,” ujar Indah.

Anggota Badan Usaha Rumah Tangga (BURT) DPR RI Indah Kurnia. Anggota Badan Usaha Rumah Tangga (BURT) DPR RI Indah Kurnia. (FOTIO: Erlangga/rnioto: Erlangga/rni)

BCA memang lagi punya program yang sangat populer saat itu: Tahapan. Yang sangat sukses menjadi gerakan tabungan nasional.

Sejak itu Budi Santoso mendukung semua kegiatan Indah. Termasuk ketika Indah menjadi calon Anggota DPR dari PDI-Perjuangan dapil Surabaya-Sidoarjo. Berhasil. Periode berikutnya mencalonkan lagi. Berhasil lagi. Untuk kali yang ketiga, nomor urut Indah dipindah ke bawah. Toh masih juga terpilih. Mayoritas Tionghoa Surabaya memilih Indah.

“Tiga kali Pak Budi ke kantor saya di DPR,” ujar Indah. Pun ketika Indah mantu putrinya yang bintang film itu, Verlita Evelyn, Budi hadir. Termasuk meminjamkan koleksi mobil antiknya untuk dipakai pengantin. Itulah mobil yang pernah menjadi milik Presiden Soekarno.

Indah juga sering ke rumah Budi. Bahkan di ulang tahun terakhir Budi tahun lalu pun, Indah masih menyanyi di rumah Budi. Indah sudah menjadi seperti anggota keluarga di rumah Budi Santoso.

Budi sering punya tamu dari Jepang. Indah punya banyak koleksi lagu Jepang yang bisa dia nyanyikan. Ketika Budi mendapat tamu dari Tiongkok, Indah bisa menyanyi lagu Mandarin.

Indah memang punya pergaulan yang luas. Bukan hanya di kalangan masyarakat Tionghoa. Jangan lupa: Indah pernah menjadi manajer Persebaya.

Indah pribadi yang lengkap: sebagai profesional perbankan, penyanyi, penggiat olahraga, dan penggiat sosial.

Mendapat dukungan pula dari orang seperti Budi Santoso.

Saya pernah menyarankannyi belajar bahasa Mandarin langsung di Tiongkok. Saya melihat Indah akan menjadi sesuatu kelak. Saya carikan hubungan di sana. Dia pun ke Tianjin ketika saya masih tinggal di kota itu —untuk transplantasi hati. Lalu, Indah ke kota kecil dekat Zhengzho. “Saya nyerah,” ujar Indah. “Saya ini seperti Pak Budi, tidak bisa lagi bicara Mandarin dengan baik,” katanya.

Yang penting Indah telah menjadi sesuatu untuk dirinya, keluarganya, dan negaranya. (*)


Editor : Sugeng Irawan
Publisher : Rizal Prayoga
Sumber : Harian Di's Way

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button