Disway

Low 100 Kilo

KELIHATANNYA seperti mustahil. Tapi inilah langkah besar Datuk Low Tuck Kwong berikutnya. Di usianya yang 74 tahun: meningkatkan produksi batu bara menjadi 60 juta ton setahun.

Angka itu hampir dua kali lipat dari produksi grup Bayan Resources tahun lalu. Mustahil? Ia punya akal –akalnya orang kaya: ia bangun jalan baru. Sepanjang 100 km.

Jalan baru itu langsung ke arah sungai Mahakam. Lebih besar dan dalam. Bisa angkut batu bara lebih banyak – -dibanding hanya lewat sungai Belayan dan Senyiur seperti selama ini.

Baca Juga

Ujung jalan baru itu memang di Muara Wahau. Jauh di hulu Mahakam. Di pedalaman sekali. Lebih hulu dari Kotabangun. Bahkan lebih hulu lagi dari Muara Muntai. Berarti lebih hulu dari dua danau besar di sungai itu: Danau Melintang dan Danau Semayang.

Lebih jauh tapi lebih menguntungkan.

Jalan baru itu bukan baru akan dibangun, tapi sedang dibangun. Anggaran pembangunannya Rp 3 triliun lebih. Harus membangun pula tujuh jembatan –salah satunya jembatan besar melintasi sungai Belayan.

Saya menelusuri jalan itu. Di bagian yang sudah jadi. Besar. Lebar. Lurus. Kuat. Kelak, kalau pecah perang, misalnya, jalan ini bisa untuk landasan pesawat tempur. Kelas apa pun.

Jembatan sungai Belayan itu juga sudah selesai. Akan diserahkan ke masyarakat. Bayan memang membangun dua jembatan sungai Belayan. Bersebelahan. Yang satu untuk umum. Satunya lagi khusus untuk batu bara –sedang dalam pengerjaan.

Jembatan untuk umum itu bisa disebut jembatan masa depan. Belum ada sambungan jalan di sebelah sono-nya. Tidak ada juga desa atau kota lain di sono. Yang ada kebun sawit melulu.

Jalan umum itu juga dibangun oleh Bayan. Juga sepanjang 100 km. Akan diserahkan ke masyarakat juga. Letak jalan umum ini juga di sebelah jalan batu bara.

Jadi, di samping membangun landasan pesawat sepanjang 100 km, Bayan juga membangun jalan masyarakat sepanjang itu pula.

Itu melebihi Jakarta-Subang. Atau Surabaya-Malang. Hampir sama dengan Medan ke Danau Toba. Atau, ini dia: lebih panjang dari panjangnya pulau Singapura. Tanah Singapura itu, dari pantai timur ke pantai barat hanya 50 Km. Dari utara ke selatan lebih pendek lagi: 35 km.

Jadi, masyarakat mana yang akan melewati jalan 100 km itu nanti? Bukankah hampir tidak ada penduduk di kawasan itu? Mungkin justru truk pengangkut sawit yang akan lebih banyak melewatinya. Sawit rakyat dan sawit perusahaan lain.

Dalam perjalanan itu saya ikut mobil yang dikemudikan Pak Yudiansyah. Ia asli kampung Gunungsari, di pinggir sungai Belayan. Ia sudah turun temurun tinggal di situ. Sukunya Kutai. Ia punya kebun sawit lebih 100 hektare. Sawit itu sudah berumur 18 tahun. Sudah bisa jadi sumber penghidupan.

“Sekarang orang Dayak pun sudah banyak yang punya kebun sawit,” ujar Yudi.

Saya diajak keliling tambang. Lalu menyeberangi sungai Belayan dengan feri. Mobil Pak Yudiansyah ikut naik feri: Pajero Sport. Feri itu ternyata miliknya sendiri. Ia punya lima kapal feri. Yakni jenis yang bisa untuk angkut 5 mobil. Salah satu ferinya terbuat dari kayu: bisa untuk dua mobil.

Lalu saya diajak ke jembatan baru yang sedang dibangun Bayan itu. Yang lokasinya jauh di hulu dari jalur penyeberangan ferinya. “Jembatan ini tidak mengganggu feri saya. Terlalu jauh, lebih 6 km,” katanya.

Ikan besar harus didapat dengan kail besar. Investasi jalan Rp 3 triliun agar bisa angkut batu bara lebih banyak. Tapi investasi Rp 3 triliun itu mungkin hanya akan dimanfaatkan selama 25 tahun. Habis itu jalan tersebut ditinggalkan. Batu bara habis. Maka perencanaan wilayah masa depan di pedalaman Kaltim bisa memanfaatkan aset berharga ini. Yakni jalan peninggalan Bayan sepanjang 100 km. Apalagi jalan itu nyambung dengan jalan menuju sungai Senyiur yang 70 km.

Tapi belum tahu kapan batu bara di situ akan habis. Pun dengan produksi yang dipacu seperti itu.

Pertambangan batu bara milik PT Bayan Resources Tbk (BYAN). (bayan.com.sg)

Mungkin pula Bayan tidak akan menggunakannya sampai 25 tahun. Datuk Low Tuck Kwong kini punya ide yang lain lagi. Yang lebih out of the box: membangun rel kereta api dari Tabang ke laut Selat Makassar di Sangatta.

Itu berarti dari hulu sungai Belayan, melintasi hulu sungai Senyiur, terus ke atasnya Bontang, berakhir di laut Selat Makassar. Panjang rel itu sekitar 100 km juga. Biayanya bisa sampai Rp 5 triliun. .

“Lebih mahal bikin jalur kereta api daripada jalan raya,” ujar Haji Aseng yang membawa saya ke kawasan ini (lihat Disway edisi Minggu lalu).

Jalan kereta api itu bukan rencana di awang-awang. Bayan sudah mengurus izinnya. Sudah selesai. Ini sebenarnya rencana lama Bayan. Lama sekali. Sebelum keputusan membangun jalan raksasa 100 km menuju Muara Wahau dibuat.

Ide jalan kereta api tersebut sempat diambil alih pemerintah daerah. Lalu ditawarkan ke investor asing: Rusia. Serius sekali. Beberapa mahasiswa Kaltim sudah disekolahkan ke Rusia.

Setelah lebih 10 tahun tertunda, Rusianya mundur. Maka Bayan maju lagi. Tanpa investor asing. Dibiayai sendiri.

Mungkin Bayan menyesal telanjur membangun jalan raksasa 100 km ke arah Muara Wahau. Kenapa tidak sekalian jalan kereta api itu saja. Bisa hemat Rp 3 triliun. Tapi Bayan tidak mau menyalahkan Rusia. Pun Pemda.

Yang jelas, jalan raksasa itu kelak akan jadi kekayaan pedalaman Kaltim. Bayan tidak bisa membawanya ke Jakarta atau ke Singapura.

Di lain pihak tidak mungkin mengharapkan pemerintah mau membangun jalan di jalur itu, sepanjang itu, sekokoh itu. Membangun jalan Samarinda-Balikpapan saja –90 km– perlu waktu 20 tahun. Padahal urgensinya jelas tinggi.

Bayan tentu sudah berhitung. Membangun jalan itu habis Rp 3 triliun. Tapi batu bara yang bisa lewat di atasnya lebih 30 juta ton setahun. Dengan harga batu bara USD 400/ton saat ini angka-angka di atas hanyalah angka.

Pun kalau juga harus membangun rel kereta api ke arah Sangatta. Batu bara yang bisa diangkut menjadi 60 juta ton/tahun. Tanpa biaya tongkang lagi. Tanpa biaya transhipment –memindah batu bara dari tongkang ke kapal besar di tengah laut.

Dengan kereta api batu bara bisa langsung ke pelabuhan laut. Batu baranya bisa dikucurkan langsung dari conveyor ke perut kapal. Masa tunggu kapalnya pun bisa lebih pendek. Lebih efisien lagi.

Batu bara milik perusahaan lain, dari lahan lain, juga bisa nunut di kereta api itu. Tinggal bayar tol ke Bayan.

Ke depan, Sungai Belayan menjadi bisa agak bernapas. Sungai Senyiur bisa bersiul-siul kembali. Dan sungai Mahakam bisa lebih teduh kembali. Siapa tahu ikan pesut, lumba-lumba air tawar itu, bisa kembali bersenam dansa di sepanjang hulu Mahakam. Pun sampai Senyiur. Dan ikan patin, jelawat, tidak perlu di kebun binatang lagi.

Datuk Low Tuck Kwong, SMA-pun tidak tamat. Tapi begitu banyak keputusan besar ia ambil dalam hidupnya. Pun ketika sudah berumur 74 tahun.

Umurnya panjang. Uangnya banyak. Saya lihat ia tidak merokok. Juga tidak minum baijiu saat makan hari itu.

Ikan patin ikan jelawat

Ikan pesut kejar-kejaran

(… Please Pak Thamrin dan Aryo Mbediun meneruskannya).(*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Jadi WNI

Liam Then

Ah baru sadar saya, hampir semua karyawan Indonesia itu jutawan. Walaupun tidak stabil, status jutawan hanya ada di awal bulan. Tetap bersyukur, yang penting beras masih ada dan terjangkau.

Jimmy Marta

Keluar zona nyaman itu seperti anda disuruh pindah dari ruangan ber ac ke ruangan biasa. Tapi jangan salah….! dipindah ke ruang ber ac pun bisa membuat anda tidak nyaman. Gimana coba, jika staf bonbin datuk low disuruh pindah ke ruang kuda yg ada ac itu…!

Hery Purnama

Buka Disway pada pukul 5 pagi, belum muncul tulisan Jadi WNI. Padahal sudah menggunakan 2 browser yang berbeda. Pada pukul 7 dicoba lagi, hasilnya pun tetap sama. Akhirnya Disway dilupakan, baru ingat kembali selepas Dhuhur ini. 🙂

siti asiyah

menunggang seekor buaya Datuk Low masuk jajaran 10 orang terkaya di negeri ini….. kebayang kalo niru Jaka Tingkir yang nunggang 40 buaya……… pastilah beliau jadi capres 2024

Johannes Kitono

Marga Low atau Lo memang luar biasa dan selalu menjadi Legenda. Dulu di Mandor sekitar 70 km dari Pontianak ada Republik Lan Fang (1777 – 1884) yang Presiden pertamanya bernama Lo Fong Pak, orang Hakka asal Meisyen China. Republik Lan Fang merupakan Republik pertama di Nusantara yang terdiri dari Kongsi Kongsi Tambang Emas etnis Tionghoa yang bernaung di bawah Kesultanan Pontianak dan Kesultanan Mempawah (78 km dari Pontianak). Dengan setoran upeti masing masing 1 kg mas/bulan. Republik Lan Fang sempat mempunyai 13 Presiden sampai dihancurkan tentara Belanda pada tahun 1884. Banyak pengikutnya pindah ke Singapore membentuk Sam Tiam Hui (Perkumpulan Tiga Titik) yang bertekad suatu saat akan kembali ke lokasi Lan Fang di Kal-Bar. Tidak jelas apakah nenek moyang Datuk Low juga berasal dari Republik Lan Fang dan Datuk Low mungkin juga inkarnasi dar Lo Fong Pak. Now di bursa saham Jakarta juga ada Lo Kheng Hong ( 63 th ) yang saking hebatnya disebu Warrent Buffet Indonesia,asal sungai Purun/ Peniti, yang pernah jadi markas Republik Lan Fang. Kalau di test DNA nya bisa jadi juga turunan Presiden Lo Fong Fak.Silahkan bro Budi Utomo yang pakar soal marga Tionghoa lacak asal marga Low atauLo ini. Bagi yang tertarik dengan cerita Republik Lan Fang, bisa baca buku Mary Soomer Heidhues, terbitan Cornell University ( 2003 ) yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan NABIL dengan judul : Penambang Emas,Petani dan Pedagang di ” Distrik Tionghoa ” Kalimantan Barat.

Akun Game Faqih

Admin, minta tolong iklan video di tengah bacaan bisa dipindah ke sebelah kiri. Mengganggu sekali proses membaca. Terima kasih cc : Abah

Akagami Shanks

Dr Low?. Apa yang terjadi pada transaksi saham MYOH periode (11 Juni 2011 – 11 Juni 2013). Oh, tidak tau.

Achmad Karni

Sungai Belayan dan Sungai Kedang Kepala hulunya masih di kab. Malinau Kalimantan Utara. Sungai Senyiur ini sungai yang berada di desa Senyiur. Sungai nya Kedang kepala. Panjang ke dua sungai tsb 319km. Orang Samarinda mengenal Senyiur kampung nya Yos Sutomo. Di Samarinda dan Balikpapan ada Hotel Senyiur yang di miliki Yos Sutomo. Adapun sungai Mahakam 920 km yg hulunya dekat Malaysia beda alur. Anak sungai Mahakam yang panjang ada 2 tsb di atas. Adapun sungai Jembayan 180km hulu nya ada di IKN, Muaranya di Loa Kulu tempat Kerajaan Kutai Kartanegara. Disitu bertemu sungai Mahakam. Masih banyak lagi anak sungai Mahakam yang DAS nya 7,7 juta Ha, atau seluas Jatim plus Jateng. Sudah sebulan ini air sungai Mahakam pasang, ada 3 danau Jempang 18rb ha, Melintang 11 RB ha, Semayang 13rb ha. Tiga danau tsb TMA nya sama jika lagi pasang sebab terkoneksi oleh Mahakam. Danau Melintang jika pasang/ banjir akan menyatu dengan danau Semayang yang luasnya sama dengan DKI Jakarta. Dalam nya danau antara 3-8m. Mahakam tak pernah kering TMA ( Tinggi Muka Air) sama dengan laut. Jika air Mahakam pasang, hulu Mahakam banjir, hulu SKM banjir 1/3 kota Samarinda terendam karena dataran rendah.

Kang Sabarikhlas

Seperti biasanya, pagi saya sarapan ke warung..eh anu restoDisway. Tapi tadi pagi belum buka restonya, dah banyak yg datang, mungkin ada yg sudah menunggu lama jadi ada yg ngomel² bahkan ada yg mendoakan semoga Chef dan koki²nya dalam kondisi sehat² selalu…lho?..kok ngalub?.. Dan barusan saya mampir ke restoDisway sudah penuh pengunjung, laris kayak rawon setan… padahal saya lihat masakannya cuma menu kemarin. ya sudah, saya ke warung mojok.co dan dalam tempo se-singkat²nya.. hari ini saya selingkuh…duh.

Johannes Kitono

Datuk Low Tuck Kong adalah Entreprenur Sejati. Biarpun ada yang meragukan integritasnya menjadi WNI dengan tujuan masuk bisnis Tambang. Dan Bayans adalah perusahaan Tbk yang tentu saja bayar pajak dan sahamnya bisa dibeli siapa saja di bursa. Kita tidak usah iri krn sang Datuk lebih kaya dan bisa melihat kesempatan didepan mata. Pada tahun 1924 ,Oei Tiong Ham, konglomerat pertama di Asia asal Semarang pindah ke Singapore untuk menghindari Tax yang tidak adil dari pemerintah Belanda di Indonesia. Pemerintah justru perlu memberi rasa aman bagi Enterprenur 2 seperti Datuk Low. Mereka bisa menciptakan lapangan kerja yang dibutuhkan masyarakat. Kenapa kita harus kuatir SDA dikuras dan kekayaannya dibawa pergi ke LN. Bukankah dengan membayar Tax sesuai ketentuan ( 30 – 35 % ), pemerintah otomatis menjadi Sleeping partner atau pemegang saham kosong di perusahaan yang sukses. Datuk Low cs itu ibarat Ayam yang bisa bertelur Emas. Ambil telur emasnya saja dan jangan dipotong ayamnya.

Johan

Kisah orang sukses selalu menarik untuk diikuti. Terutama yang sukses hasil perjuangan sendiri, yang secara background pendidikan tidak mentereng dan malah kadang kurang berpendidikan secara formal. Abah DI adalah satu contoh, Datuk Low adalah contoh lainnya. Ada kesamaan diantara orang-orang sukses tersebut. Mereka punya pemikiran visioner dan berani ambil resiko, kadang disertai pengorbanan yang tidak kecil. Datuk Low berani mengorbankan kewarganegaraannya dan masuk ke pedalaman Kaltim membangun usaha. Abah DI berani mengorbankan kesehatannya dengan bekerja tak kenal waktu demi membesarkan koran yang diasuhnya. Dalam hidup ada satu masa dimana kita akan dihadapkan pada sebuah situasi mengambil keputusan besar, yang akan berpengaruh luar biasa ke hidup kita selanjutnya. Datuk Low melakukannya di umur 37 tahun, menanggalkan kewarganegaraan Singapura menjadi WNI. Langkah penting yang akan mengantarkannya menjadi seorang triliuner. Bagaimana dengan saya sendiri? Saya melakukannya di umur 30 tahun, menanggalkan celana anak gadis orang disaat perusahaan sedang goncang dan PHK besar-besaran. Dampaknya hebat, saat anak pertama lahir, status saya adalah pengangguran.

Liam Then

Saya kagum Bang Johan. Anda seorang pengambil resiko. Tapi mohon jangan di ulangi, pasti pusing besar hasilnya

Anwarul Fajri

Den bagus juga dapat 3M kok, Mingkem, Mangap Dan Monyong….hahahaha. cuk jancuk…….

Mbah Mars

Meskipun tidak pernah melihat pintu universitas, namun di beberapa pemberitaan tertulis gelar doktor di depan namanya: Dr.Low Tuck Kwong. Mungkin, seperti halnya Abah DI, ia mendapatkan doktor honoris causa dari sebuah universitas. Datok Low itu Ora tau mambu kampus, ning gawe wangi kampus. Ya, itu karena Datok Low menyalurkan bantuan sebesar 200 milyar ke ITB (100 m). UGM (50m) dan UI (50m). Saat mengucurkan bantuan kepada tiga kampus ini, banyak orang Kaltim yang “protes”, termasuk Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi. Menurut Hadi, mustinya Bayan itu bijak dalam menyalurkan bantuan. Jangan hanya mengeruk tambangnya tanpa memperhatikan masyarakat Kaltim. Memang bersedekah itu yg paling baik dimulai dari yang terdekat. Baru melebar ke yg lebih jauh. Semoga aspirasi masyarakat Kaltim didengar Datok Low.

Muin TV

Cak Nur dalam salah satu ceramahnya pernah bilang, “Katanya kuliah untuk cari ilmu… Ternyata untuk cari gelar. Setelah dapat gelar, ternyata untuk cari kerja. Setelah kerja, ternyata bukan kerja tujuannya. Tapi untuk cari duit. Lah kok ndadak muter-muter. Mbok ya dari awal langsung saja, lulus sekolah langsung cari duit.” Mungkin hasilnya seperti Datuk Low Tuck Kwong, jadi konglomerat. Wkwkwk.

Akagami Shanks

DR LOW = Kepemilikan pada BYAN (61,18%), atau sekitar Rp 110.124.539.820.000 per harga Rp54.000. Ini belum termasuk kepemilikan anak cucu, cicit, dan menantu. Juga akun nomine kalau ada.

triyoga

Saya tidak suka dengan macam orang Low Tuck Kwong. Pindah ke WNI hanya mengejar harta. Sedikit keuntungan bagi Indonesia menerima orang seperti ini, dibanding keuntungan yang diperoleh Low tuck Kwong. Demi harta ditinggallah kewarganegaraannya, tapi tetap sering tinggal di singapura. suatu saat apa lagi yang ditinggalkan orang macam ini demi peluang harta yang lebih besar. Apakah orang seperti ini cinta indonesia atau cinta kekayaan alamnya saja untuk dikeruk? wallahualam.

thamrindahlan

Nah semakin jelas profil Datuk Low Tuck Kwongi status WNI. Asset berjibun masuk 10 besar orang kaya disini. Hijrah ke Indonesia suatu keputusan cerdas jangka panjang. Belum terjawab bagaimana prosesi sehingga Beliau mendapat gelar kehormatan DATUK. Ibu menyusui makan sayur katuk / Berkhasiat manambah air susu / Gelar terhormat setingkat Datuk / Pasti dermawan peduli ibu ibu / Salamsalaman

oyong mantep

Abah DI, admin Disway, komentator dan perusuh Disway…. semoga kita semua sehat² selalu… Ot**g 10 senti sebagai selingan dan pancingan admin mencari uang

anak rantau

Hahhh… Pertamax????

*) Diambil dari komentar pembaca http://disway.id


Editor : Irawan
Publisher : Ameg.id
Sumber : Ameg.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button