Film

Mengintip Kultur Bulu Tangkis di Korea

First Impression: Racket Boys

Apakah bulu tangkis menjadi olahraga paling populer di Korea? Bagaimana mereka mengumpulkan enam medali emas dari Olimpiade? Racket Boys mungkin bukan drama paling realistis tentang bulu tangkis. Namun, ia cukup memberi kita gambaran tentang training usia dini buat atlet-atlet pelajar di negeri tersebut.


AMEG – Korea adalah salah satu kekuatan bulu tangkis dunia. Hanya selevel di bawah Tiongkok dan Indonesia. Mereka punya Kim Dong-moon. Pemilik dua emas Olimpiade dan tiga kali juara dunia. Juga Bang Soo-hyun, yang mengalahkan andalan Indonesia, Susy Susanti, di semifinal Olimpiade Atlanta 1996.

Baca Juga

Mereka juga punya Lee Young-dae. Yang meski belum pernah meraih emas Olimpiade, popularitasnya menyamai aktor-aktor K-drama. Saat ini, sektor putri mereka kuat sekali. Ada anak ajaib Ahn Se-young, tunggal putri pemilik lima gelar BWF Tour yang baru berumur 19 tahun. Juga ada dua pasang ganda putri super di peringkat 5 besar BWF. Yakni Lee So-hee/Shin Seung-chan dan Kim So-young/Kong Hee-yong.

Wah, bisa panjang kalau membahas bulu tangkis Korea.

Image Bulu Tangkis

Foto: Istimewa

Nah, Racket Boys tidak menceritakan bagaimana anggota pelatnas bulu tangkis Korea berlatih. Drama yang tayang di Netflix sejak Senin lalu itu (31/5) menceritakan sebuah tim SMP dari kota kecil. Sangat kecil. Haenam. Yang terletak di Provinsi Jeolla Selatan. Lima jam perjalanan dari Seoul. Bahkan lebih.

SMP itu dulunya merupakan penghasil pemain top remaja. Yang akhirnya menjadi pemain nasional. Dulu kotanya juga tidak sepi-sepi amat. Waktu sekolah itu masih langganan juara, banyak keluarga tinggal di sana. Ketika pelatih legendaris di sana pergi, prestasi bulu tangkis di sekolah itu jeblok. Dan penduduknya satu persatu pindah ke kota-kota yang lebih besar.

Yoon Hyeon-jong (diperankan Kim Sang-kyung), seorang pelatih badminton di Seoul, terpaksa menerima pekerjaan di Haenam yang terpencil. Gara-gara bayarannya besar. Ia butuh uang untuk melunasi aneka utang.

Di sana, ternyata kondisinya memprihatinkan. Fasilitas latihannya sih lumayan (gedungnya bahkan mungkin lebih bagus daripada GOR Sudirman). Tapi… anggota timnya hanya tiga orang. Yakni Bang Yoon-dam (Soon Sang-yeon), Na Woo-chan (Choi Hyun-wook), dan Lee Young-tae (Kim Kang-hoon). Sampai akhirnya, Coach Yeon minta anaknya sendiri, Yoon Hee-kang (Tang Jun-sang) untuk masuk tim.

Hee-kang dulu bermain bulu tangkis. Tapi sekarang lebih suka bisbol. Nah, ini fun fact yang seru juga. Di negara-negara penguasa bulu tangkis, olahraga tepok bulu menjadi prima dona di kalangan anak sekolah. Di Indonesia saja, popularitas bulu tangkis hanya kalah dari sepak bola. Namun di Korea, ia bahkan tidak masuk 10 besar olahraga paling disukai. Kalah dari bisbol, sepak bola, basket, voli, bela diri, bahkan panahan…

Foto: Istimewa

’’Badminton itu olahraga apaan sih,’’ kata Hee-kang kepada tiga temannya.

’’Eh, kita dapat enam medali emas dari bulu tangkis, lho,’’ tangkis Lee Young-tae, member termuda klub itu.

’’Dih, medalinya enggak penting,’’ sahut Hee-kang kembali.

’’Kita punya Lee Young-dae,’’ sahut Young-tae, menyebut salah satu bintang badminton Korea itu.

’’Selain Young-dae, siapa lagi pemain andalan kita?’’ Hee-kang bertanya lagi. Young-tae sulit menjawab. Sejurus kemudian, Hee-kang memberondongnya dengan sederet nama legenda bisbol Korea. Yang dengan epik pernah merebut emas di Olimpiade Beijing 2008. Mengalahkan AS, Tiongkok, dan Jepang. Tapi, ya, setidaknya kita jadi tahu. Image bulu tangkis di mata anak muda Korea tidak terlalu mengkilap.

Penggambaran Realistis

Foto: Istimewa

Dari segi cerita, dari dua episode yang sudah tayang, mungkin belum spektakuler. Plotnya sangat ringan dan mudah diikuti. Pelatih Yeon mengemban misi untuk membawa tim beranggota minimalis itu menjuarai sebuah turnamen regional. Agar pendanaan klub bulu tangkis itu tidak dicoret oleh sekolah. Itu tentu tugas superberat yang cenderung mustahil.

Namun, bukan hanya ceritanya yang membuat drama ini diterima dengan baik oleh pemirsa di Korea. Racket Boys menggambarkan suasana pelatihan atlet pelajar dengan sangat akurat. Jenis-jenis latihannya, fasilitasnya, hingga kondisi fisik anak-anaknya.

Seperti metode yang banyak diterapkan pelatih pelatnas, anak-anak remaja itu di-drill latihan fisik yang tak habis-habis. Lari keliling lapangan 50 kali untuk pemanasan, servis 100 kali, swing 500 kali, dan sebagainya. Untuk penguatan core serta otot tangan dan kaki. Dan sewajarnya anak remaja. Mereka muntah-muntah setelah sesi yang berat itu. Namun, tentu kelelahan disajikan dengan jenaka.

Foto: Istimewa

Suasana turnamen juga digambarkan dengan realistis. Sebagai ekstra, kru produksi menggandeng atlet-atlet remaja sungguhan. Namun, harus diakui, memang para aktor muda memberikan penampilan yang sangat mendekati pemain bulu tangkis sebenarnya. Cara mereka memegang grip, foot work, ayunan raket, hingga cara smash mereka membuat kita percaya. Bahwa mereka benar-benar pemain bulu tangkis.

Begitulah. Racket Boys adalah serial yang cocok ditonton para badminton lovers. Yang tidak ingin melihat bagaimana legenda-legenda seperti Lee Young-dae dilatih dan diasah menjadi mesin pencetak gelar. Tapi lebih ke bagaimana anak-anak ajaib seperti An Se-young ditemukan.

Tersembunyi di kota-kota pesisir yang sepi. Di balik rumah-rumah beratap orange yang lapuk. Di ruang ganti gym sekolah bersiswa minimalis di tempat seperti Haenam. (*)

Retna Christa

Recent Posts

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

Real Count Sirekap Dihentikan, Sudirman Said Menilai Pemilu 2024 Bermasalah

AMEG.ID, Indonesia - Co Kapten Timnas Pemenang Anies-Muhaimin Sudirman Said menyebut penghentian tayangan real count…

6 bulan ago

Aksi Massa Dukung Proses Hukum Soal Dugaan Korupsi Ganjar Pranowo

AMEG.ID, Indonesia - Massa yang merupakan aliansi masyarakat Jawa Tengah menggelar aksi di depan kantor…

6 bulan ago

Dindik Jatim Bekali Ratusan Guru untuk Hadapi Era Digital

AMEG.ID, Jawa Timur - Dinas Pendidikan Jawa Timur membekali ratusan guru untuk siap menghadapi tantangan…

6 bulan ago

This website uses cookies.