Kabupaten Malang

Migor Langka, Hati-hati Pro Inflamasi pada Jajanan dari Jelantah!

AMEG – Situasi akhir-akhir ini dikhawatirkan bisa mengancam kesehatan anak-anak. Minyak goreng (migor) kemasan yang masih langka, harus diantisipasi dampaknya.

Lalu, apa hubungannya kelangkaan migor dengan terancamnya kesehatan anak-anak? Tentu saja, tidak serta merta berdampak langsung. Namun, tetap penting diantisipasi adalah jajanan gorengan yang biasa dikonsumsi mereka.

Saat migor mahal atau tak gampang ditemukan, maka yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan ulah oknum pedagang nakal. Yakni, memakai minyak jelantah sebagai alternatif yang murah untuk menggoreng makanan yang akan dijual.

Baca Juga

Tak terkecuali juga, di kalangan emak-emak sendiri. Mereka mungkin tidak begitu paham atau memedulikan kualitas migor yang digunakan memasak untuk anggota keluarga.

Waspada migor bekas atau jelantah ini juga diingatkan ahli gizi dari Asosiasi Nutrisionis Indonesia (ASNI), Jumat (25/2/2002). Seperti ditegaskan Dr Andriyanto MKes, yang menyebut makanan mengandung pro inflamasi mudah sekali menurunkan imun pada tubuh anak.

Tidak terlalu berlebihan sekiranya memastikan penggunaan jelantah ini. Tidak salah juga, jika hal ini sangat diwaspadai. Sangat berhati-hati dalam memilih makanan gorengan yang diproses secara sehat, maka akan melindungi mereka.

Anak-anak masih belum banyak menyadari terhadap jajanan yang mereka konsumsi. Terlebih, selama masa pandemi saat ini, makanan gorengan yang tak sehat lebih beresiko.

Para ahli kesehatan menyebutkan, makanan gorengan berlebihan tidaklah bagus dikonsumsi. Pemahaman ini bahkan selama ini sudah banyak dilakukan jauh hari sebelum munculnya pandemi.

Apa sebenarnya bahaya yang terkandung dalam minyak jelantah? Jelantah dianggap menjadi pro inflamasi, yang banyak mengandung logam berat yang bisa memicu terjadinya radang.

Selain menyebabkan radang, gejala yang berlebihan pada gangguan kesehatan ini bisa memicu munculnya penyakit lebih berat, seperti kanker karsinogenik.

Makanan gorengan disarankan lebih baik dikurangi, atau bahkan dihindari. Sebabnya, jenis makanan yang digoreng mengandung lemak tinggi. Hal ini juga bisa memicu resistensi insulin dan gangguan kardiovaskular. (*)

Choirul Amin

Recent Posts

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

Real Count Sirekap Dihentikan, Sudirman Said Menilai Pemilu 2024 Bermasalah

AMEG.ID, Indonesia - Co Kapten Timnas Pemenang Anies-Muhaimin Sudirman Said menyebut penghentian tayangan real count…

6 bulan ago

Aksi Massa Dukung Proses Hukum Soal Dugaan Korupsi Ganjar Pranowo

AMEG.ID, Indonesia - Massa yang merupakan aliansi masyarakat Jawa Tengah menggelar aksi di depan kantor…

6 bulan ago

Dindik Jatim Bekali Ratusan Guru untuk Hadapi Era Digital

AMEG.ID, Jawa Timur - Dinas Pendidikan Jawa Timur membekali ratusan guru untuk siap menghadapi tantangan…

6 bulan ago

This website uses cookies.