Lifestyle

Paling Setia Mengusung Gaya Retro

Bicara tentang musik retro di Indonesia, tidak mungkin tidak menyebut Naif. Band fenomenal yang didirikan pada 1995. Saat semua musisi hanyut dalam selera pasar, Naif membawakan musik bernuansa jadul. Sayang, tahun lalu mereka bubar.

***

PARA penikmat musik—atau yang tidak penikmat musik—pastinya akrab dengan lagu-lagu Naif. Seperti Piknik 72, Mobil Balap, Air dan Api, juga lagu paling hits: Posesif. Lagu yang seakan jadi lagu wajib para transpuan di Indonesia. Gara-gara klip videonya dibintangi Jeanny Stavia, atau yang biasa disapa Avi ‘Naif’.

Baca Juga

Mengapaaaa… aku begini…

Naif juga punya lagu dengan judul paling panjang di Indonesia. Yakni Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia yang Ada di Seluruh Dunia. Dan di antara lagu-lagu retro berirama riang, mereka punya ballad yang sangat menyayat. Yakni Benci Untuk Mencinta. Yang meski syairnya sangat pendek, nadanya sungguh bikin mewek. Ngenes.

Band yang tiap albumnya selalu menjadi hits itu awalnya digawangi oleh David Bayu Danangjaya (vokal), Fajar Eka Taruna (Jarwo-gitar), Emil Hussein (bas), Franki Indrasmoro Sumbodo (Pepeng-drum), dan Chandra Wirawan Sukardi (keyboard). Dibentuk pada 1995, atas prakarsa David, Jarwo, dan Pepeng.

Popularitas Naif telah menciptakan komunitas penggemar yang disebut Kawan Naif. Bahkan meski Chandra mundur pada 2003, Naif masih solid. Dan penggemarnya masih setia. Mereka juga terus mencetak hits. Album terakhirnya muncul pada 2017, berjudul 7 Bidadari. Sedangkan single terakhir muncul pada 2019, judulnya Selama Ada Cinta.

Nah, setelah merilis single itulah, Naif tak lagi terdengar kabarnya. Sempat muncul desas-desus bahwa Naif telah bubar. Namun kabar itu selalu ditampik oleh David. Ia selalu berujar bahwa mereka hanya vakum.

Namun itu semua terjawab pekan lalu. Ketika Emil menyatakan bahwa ia dan Pepeng sudah keluar dari Naif. Dan itu sudah lama. Tepatnya pada paro kedua tahun lalu. Pernyataan itu disusul  oleh pengakuan David di kanal YouTube pribadinya. Kala itu, ia resmi mengatakan bahwa Naif bubar.

(istimewa)

’’Sebenarnya Emil dan Pepeng sudah keluar dari Naif. Sempat gue lontarkan wacana untuk mengumumkannya saat ulang tahun ke-25 Naif, Oktober lalu,” ujar David dalam video itu.

Namun, lanjut David, wacana itu ditolak oleh Emil. Menurutnya, Emil hanya tidak ingin kabar itu disampaikan saat ulang tahun ke-25. ’’Jadi gue pegang omongan Emil. Makanya ketika diwawancarai, gue selalu bilang kalau Naif vakum,’’ tambahnya.
Merasa Stagnan

Ketika dikonfirmasi oleh Harian Disway, Emil membenarkan bahwa ia telah mundur dari Naif sejak 11 September 2020. ’’Seharusnya sesuai kesepakatan, Naif bubar. Tapi kami tidak masalah jika David dan Jarwo mau melanjutkan,’’ ujarnya.

Kesepakatan itu, meski tak tertulis, telah dipahami sejak setahun lalu oleh mereka berempat. ’’Pemicunya si Pepeng. Ia pernah bertanya, kalau salah satu personil mundur atau meninggal, bagaimana nasib Naif? David menjawab, kalau terjadi hal semacam itu, maka Naif bubar,’’ ujar pria kelahiran Jakarta itu.

Setelah Emil mundur, beberapa minggu kemudian Pepeng ikut mundur. Praktis, saat itu Naif hanya tinggal David dan Jarwo. Emil juga membenarkan ucapan David, bahwa ia memang tak ingin memublikasikan pengunduran dirinya. Apalagi bubarnya Naif. Ia beralasan bahwa kabar tersebut tidak terlalu penting. ’’Apa urgensinya berita tentang mundurnya saya dari Naif? Tidak ada,’’ tukas pria berusia 46 tahun itu.

Emil dan Pepeng mengundurkan diri karena merasa Naif sedang stagnan. Tak ada perkembangan. Selepas album 7 Bidadari pada 2017, mereka jarang berkumpul bersama untuk membuat karya baru. Hanya sekali saja pada 2019, untuk merilis satu single.

(istimewa)

Kalau sekadar bertemu, masih sering. Bahkan hingga sebelum pandemi, mereka masih aktif tampil off line. Namun hanya untuk manggung saja. Jarang mereka duduk bersama menggodok proyek baru. ’’Kalau tampil, kami selalu membawakan lagu itu-itu saja. Sudah tidak produktif,’’ ungkap Emil.

Jarang berkumpul, kegiatan recording mandeg, diperparah oleh pandemi, kesempatan mereka untuk berpentas juga tidak ada. Itulah mengapa Emil memutuskan bahwa 25 tahun bersama Naif dirasa cukup. Ia merasa sudah saatnya untuk berkarier dalam bidang lain.

Selepas keluar dari Naif, Emil menggeluti bisnis. Ia membuka usaha pabrik sepatu, sekaligus membuka wedding catering. Tujuannya adalah memberi lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar rumahnya. Ia juga akan memfokuskan diri pada kegiatan sosial. ’’Membantu mereka yang kesusahan akibat pandemi. Istilahnya berbuat lebih untuk bangsa,’’ ujarnya.

Berbeda dengan Emil, Pepeng memilih untuk tetap berkarir di jalur musik. Ia mendirikan grup bernama FNF Project.

Meski keduanya telah keluar dari Naif, Emil mengaku masih menjaga hubungan baik dengan kawan-kawannya. ’’Kami tak ada masalah personal. Semuanya masih seperti saudara. Bahkan Ramadan kemarin kami masih saling mengirim ucapan maaf. Naif boleh selesai, tapi hubungan silaturahmi tetap terjaga,’’ tegasnya.

Sederhana tapi Berkarakter

Tentu banyak yang menyayangkan bahwa band besar seperti Naif bubar. Mereka telah cukup lama menghiasi dunia musik Indonesia dengan lagu-lagu hits bernuansa lawas. Tepatnya dari era 60an dan 70an. Aksi panggungnya juga mendukung. Mereka sering mengenakan kemeja ketat, celana pipa, atau vest.

Nama Naif diambil dari celetukan kawan mereka yang bernama Dodot. Dulu… dulu banget saat Naif belum terkenal, Dodot sering mendengarkan lagu-lagu David, Jarwo, Emil, Pepeng dan Chandra. Ia spontan menyebut lagu-lagu itu Naif. Sederhana, namun berkarakter dan harmonis. Kata itu akhirnya dipakai sebagai nama band. Karena mudah diingat juga.

(istimewa)

Naif mulai melejit pada 1998. Setelah album perdana mereka di bawah naungan Bulletin Records—yang bertajuk Naif—berhasil menarik minat pendengar. Salah satu hitsnya adalah Mobil Balap. Sepanjang karir, Naif telah menelurkan 11 album.

Pada 2009, Rolling Stones Indonesia memasukkan dua lagu Naif dalam daftar lagu Indonesia terbaik sepanjang masa. Yakni Mobil Balap (urutan ke-55), yang juga menjadi lagu paling populer Naif di setiap konser. Sedangkan Posesif berada di urutan ke-96. Sebagai lagu mereka yang paling dikenali. Mengapaaaa… aku begini…

Sayang seribu sayang, musikalitas yang mumpuni tak menjamin mereka bertahan. Pada ulang tahun perak, Naif justru tinggal kenangan. Meskipun ia tak akan mudah dilupakan dari dunia musik Indonesia.

Meski kita benci mendengar kabar bubarnya Naif, kebencian itu senantiasa menjadi alasan untuk tetap mencintai lagu-lagu mereka. Seperti halnya lantunan David dalam Benci untuk Mencinta:
Aku tak tahu apa yang terjadi
Antara aku dan kau
Yang kutahu pasti… ku benci untuk mencintaimu…

Retna Christa

Recent Posts

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

Real Count Sirekap Dihentikan, Sudirman Said Menilai Pemilu 2024 Bermasalah

AMEG.ID, Indonesia - Co Kapten Timnas Pemenang Anies-Muhaimin Sudirman Said menyebut penghentian tayangan real count…

6 bulan ago

Aksi Massa Dukung Proses Hukum Soal Dugaan Korupsi Ganjar Pranowo

AMEG.ID, Indonesia - Massa yang merupakan aliansi masyarakat Jawa Tengah menggelar aksi di depan kantor…

6 bulan ago

Dindik Jatim Bekali Ratusan Guru untuk Hadapi Era Digital

AMEG.ID, Jawa Timur - Dinas Pendidikan Jawa Timur membekali ratusan guru untuk siap menghadapi tantangan…

6 bulan ago

This website uses cookies.