Kota Batu

Sempat Menolak, Eddy Rumpoko Tanda Tangani Prasasti BAT

AMEG —  Sejak pertama kali ditempati 4 Januari 2016, Balai Kota Among Tani (BAT) Kota Batu ternyata belum benar-benar diresmikan.

Ini menyusul belum adanya penandatangan prasasti sebagai penanda BAT diresmikan sebagai gedung perkantoran. 

Namun bertepatan HUT ke 20 Kota Batu, gedung senilai Rp 300 miliar ini, benar-benar telah diresmikan. Luar biasanya, prasasti ditanda tangani oleh Walikota Batu kedua, Eddy Rumpoko (ER).

Baca Juga

Momen sakral pembukaan prasasti itu, dilakukan usai Upacara HUT ke 20 Kota Batu, Minggu (17/10/2021). Dilakukan Walikota Batu Dewanti Rumpoko dan Wakilnya Punjul Santoso. 

“Dulu saat akan diresmikan, Bapak (ER.red) berkeinginan yang menandatangani adalah Presiden RI. Namun, setelah bertahun-tahun kami bersurat, hingga saat ini belum ada kejelasan,” tutur wanita 58 tahun itu. 

Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Presiden RI, dirinya berfikir, yang berhak menandatangani prasasti itu adalah Walikota yang memprakarsai pembangunan BAT. Apalagi BAT dibangun dari anggaran APBD murni. 

“Tadinya Bapak tidak mau menandatangani prasasti ini. Namun setelah saya paksa. Akhirnya, tadi malam beliau mau dan mengirimkan scan tanda tangannya. Lalu pada malam itu juga, prasasti ini kami buat dan diambil dari Tulungagung,” beber Dewanti sambil terisak tangis. 

Dia berharap, setelah benar-benar diresmikan menjadi gedung perkantoran bertepatan pada HUT ke 20 Kota Batu. BAT bisa terus bermanfaat bagi masyarakat Kota Batu. Sehingga Kota Batu bisa semakin maju dari berbagai bidang. 

Untuk informasi, saat pertama kali digunakan BAT masih dikenal dengan nama Block Office. Meskipun gedung belum selesai dibangun 100 persen, namun telah dipergunakan oleh aparatur pemerintah Kota Batu untuk bekerja.

Lahan yang digunakan BAT saat ini, sebelumnya merupakan lahan mangkrak. Sekitar tahun 1980-an, pembangunan sebuah hotel di atas lahan tersebut terhenti lantaran krisis ekonomi yang melanda kala itu.

Walikota saat itu, berkeinginan pembangunan gedung mangkrak itu terwujud. Baik bangunan milik swasta ataupun pemerintahan. Sebelum dibangun menjadi BAT, lahan mangkrak tersebut dahulunya sempat ditawarkan kepada Jatim Park, Trans Studio dan Ciputra. Sayangnya, saat itu mereka masih belum mau dan tertarik untuk berinvestasi di kota Batu.

Sementara itu, penamaan BAT ternyata tak sembarangan. Peran utama masyarakat Kota Batu yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani menjadi inspirasi utama penamaan gedung tersebut. Walikota saat itu menegaskan, pembangunan BAT berasal dari rakyat dan dipergunakan untuk rakyat. (*)


Editor : Yanuar Triwahyudi
Publisher : Ameg.id
Sumber : Ameg.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button