Disway

Sobekan Irawan

DALAM perjalanan ke kelenteng Gudo, Jombang, kemarin saya buka email dari Amerika. Pengirimnya teman lama: drg Irawan. Dari Los Angeles.

Dari emailnya itu terlihat Irawan lagi gatal-jari: ia menulis panjang. Soal lead. Sebagai dokter gigi lulusan Amerika ia banyak berurusan dengan lead: ia punya majalah di Amerika.

Namanya: Indonesia Media. Berbahasa Indonesia. Terbit sebulan dua kali. Tulisan saya sering muncul di majalahnya itu.

Baca Juga

Irawan sudah menjadi warga negara Amerika. Rumahnya besar dan bagus. Saya pernah tidur di rumah itu.

Saya harus menjelaskan kepadanya: lead bukanlah judul. Lead adalah kalimat pertama, atau alinea pertama dalam sebuah tulisan. Khususnya tulisan yang bersifat jurnalistik.

Email drg Irawan itu menarik. Maka saya putuskan untuk membuatnya, seutuhnya:

Tanggapan Atas ‘Sobekan Lead’ Dahlan Iskan

Oleh: Irawan.

MENGOMENTARI tulisan senior saya, Dahlan Iskan, yang sering saya sapa sebagai “Toa koh Yee Zhe Kan” pada salah satu artikelnya yang dimuat di Disway, Sobekan Lead.

Salah satu dari kutipan alineanya, “Lead adalah kalimat pembuka dalam tulisan. Mencari kalimat pembuka, adalah salah satu bagian yang tersulit dalam menulis”. Kebetulan lead yang telah dicatatnya di secarik sobekan kertas hilang tertinggal entah ke mana.

Memang “Lead” itu adalah hal yang perlu wangsit untuk mendapatkannya. Apalagi kalau kita sendiri yang harus menciptakannya.

Teringat seperempat abad yang lalu di mana saya baru mulai merintis majalah Indonesia Media, harus pula jadi editornya. Membuat majalah sekolah saja belum pernah. Apalagi pernah ada catatan hitam, yaitu angka 4 di rapor Bahasa Indonesia ketika di SMP. Pasalnya saya gagal menyebutkan 26 arti kegunaan awalan “me”. Celakanya saya dituduh pula sebagai plagiator atas karangan puisi saya yang katanya kelewat sempurna buat ukuran murid SMP.

Maka tak ayal saya di vonis angka mati , “4”.

Ya Tuhan ampunilah dosa guru Bahasa Indonesia saya itu dalam perjalanannya di alam baka.

Mungkin warisan genetika masih tersalur ke sanubari saya, dari kakek saya, dr Chen Lung Kit yang selalu menulis kuplet di gerbang masuk Pancoran Glodok, Batavia, di setiap hari ulang tahun Ratu Wilhelmina. Ditambah karya mendiang ayah saya, dr Putrasatia, sebagai kolumnis kesehatan di surat kabar harian Indonesia Raya.

Mungkin gen inilah menjadikan naluri saya mempunyai inisiatif membuat majalah dwi mingguan Indonesia Media, sebuah media cetak dan online dengan www.indonesiamedia.com.

Sempat juga nama majalah itu jadi persoalan, karena seorang sarjana linguistik jebolan UI yang tinggal di Kanada, tiba-tiba menyurati saya, dan mengatakan itu salah bahasanya. Harusnya Indonesian Media, karena mengingat kita di Amerika harus mengikuti tata cara penyusunan kata seperti itu. Saya sempat merenungi usulan itu. Namun saya teringat asal inspirasi istilah itu ternyata saya dapatkan dari salah satu majalah etnis di Los Angeles, yang bernama China Post, bukan Chinese Post. Setelah itu saya kembali tenang bisa tidur.

Media cetak dwi mingguan Indonesia Media/FOTO: indonesiamedia.com

Kalau dipikir-pikir, kok saya berani ya, memublikasi sebuah majalah dwi mingguan. Di mana saya masih harus praktik di kedua klinik saya, lalu tiba-tiba jadi editor dan penerbit pula. Agak ngeri-ngeri sedap membayangkan sepak terjang saya yang berani mati saat itu.

Harus saya akui juga dukungan dari Ibunda saya, Sanita. “Kalau kamu ada hati bikin majalah ini, teruskan. Tuhan pasti memberikan jalannya,” demikian lipurnya.

Kemudian tidak selesai di nama media cetak itu saja, ternyata saya tidak mau kalah dengan kantor berita papan atas yang selalu punya semboyannya yang khas. Seperti Kompas, “Jernih melihat Dunia” , Tempo, dengan “Bicara Fakta” nya, dan banyak lagi sejumlah semboyan-semboyan yang keren.

Berangkat dari apa yang memicu kami mendirikan Indonesia Media. Apa misi kita ke depan? Tentunya khalayak mafhum dengan Tragedi Mei’98 yang tidak pernah bisa kami lupakan. Karena itu kami ada suatu usaha untuk koreksi diri dan merenungkan perjalanan ke depan. Biarlah timeline itu menjadi tonggak sejarah menjadikan bangsa Indonesia melangkah maju ke tingkat peradaban bangsa yang lebih tinggi.

Salah satu cara adalah membangun komunikasi antarsuku dan golongan, meningkatkan interaksi sosial, menciptakan pengertian dan kerja sama, saling mengisi kekurangan, dan membagi kelebihan kita masing-masing. Saya rasa sebagai masyarakat awam di luar negeri, hanya itulah yang kami mampu berikan kepada Indonesia.

Di sinilah saya harus berpikir keras untuk menciptakan semboyan yang bermakna, dan menyertakan kaidah puisi yang sekaligus menebus kesumat dari angka “4” di rapor bahasa Indonesia tersebut. Alhasil saya mendapatkan wangsit, menggunakan semboyan “Berdaya lewat Lintas Budaya”. Istilah ini dijamin genuine, memenuhi makna, dan memenuhi kaidah puisi, dan rhyme, kata penyanyi Rapper.

Walaupun tidak sepanjang “Gurindam Dua Belas” punya Raja Ali Haji tapi saya jamin semboyan itu asli. Sumpah! Bukan plagiat. Semoga saya selalu diberi inspirasi dapat melahirkan banyak “lead” dalam berkarya sebagai penulis ini. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 16 Januari 2023: Gunung Poso

Amat Kasela

Abah Dis tidak bisa paham anomali golf mungkin karena tidak bermain golf. Tujuan main golf itu cuma memasukkan bola ke dalam lubang, Bah. Bola masuk ke lubang. Bola dan lubang. Bola. Lubang. Nah, di situ antara proses dengan hasil bisa saling mengkhianati gara-gara ada lobi atau caddy. Eh, ups. Saya langsung teringat pesan seorang menteri dahulu (sekarang sudah tidak menjabat), “Jangan bermain golf saat jam kerja”.

Aku dan kita Official

Sudah di ajari sama sahabatnya yg asal Singapura om. Udah di kasih majalah golf juga. Pernah main ke lapangan golf juga yg di Amerika sana Tetep aja gak mau/Ndak paham golf. Wkwk

Otong Sutisna

Wah sayang sekali Abah tak bisa main golf, belajarlah dulu cara memasukkan sesuatu ke lubang, bagusnya jangan satu orang…. eh orang, maksudnya belajarnya jangan ke satu orang. Cobalah dulu ke @putu Leong mungkin beliau secara teori ahlinya….

Komentator Spesialis

Ada typo error. Di kalimat : “Itu terjadi di bulan puasa. Di tahun 2008”. Harusnya tahun 1998. Karena tahun 2008 puasa di bulan oktober. Haji bulan Desember. Karena saya ingat banget haji tahun 2007 bulan Desember nggak dapat pasokan makanan dan kelaparan di Mina, wkwkwk…Tahun itu ada haji 2 kali dalam 1 tahun. Di januari dan desember 2007.

Pryadi Satriana

Judul tulisan ‘mis-lead-ing’ karena dua alasan. Pertama, tidak ada ‘Gunung Poso’ di Poso. Kedua, judul gak nyambung dg isi tulisan. Penyebabnya: Dahlan membuat judul ‘dg caranya sendiri’ (baca: ‘ngawur’!). Judul seharusnya merupakan ‘kristalisasi’ tulisan, menyarikan tulisan. Dari judul pun bisa ‘diketahui’ isi tulisan. Dahlan kesulitan membuat judul, akhirnya judul dibuat ‘asal-asalan’. Dari cara Dahlan membuat tulisan bisa diketahui masalahnya. Dahlan membuat ‘draft’ dg ‘corat-coret’, dikembangkan jadi tulisan, baru mikir judul belakangan! TERBALIK. Seharusnya mulai dg ‘ide atau gagasan’. ‘Brainstorming’, ‘corat-coret’ semua yg muncul di pikiran untuk menentukan ‘judul’. ‘Judul’ ditentukan. ‘Brainstorming’ lagi, dg menggunakan ‘tree diagram’ membuat ‘sub-topic’ & ‘supporting details’. Buat ‘outline’. Buat ‘first draft’ berdasarkan ‘outline’. Revisi. Buat ‘second draft’. Revisi lagi. Begitu seterusnya sampai terwujud tulisan yg ‘apik’. Ingat ini: “Good writing starts with CLEAR MIND”. Salam. Rahayu.

Fa Za

Kalau mengikuti teori Pak Pry, tulisan bisa selesai dalam waktu 2 hari 2 malam… hahaaa

Mirza Mirwan

“Proses tidak pernah mengkhianati hasil kecuali golf.” Pak DI menuliskan itu di bagian atas sobekan karton snack yang menyebabkan karyawan Harian Disway kalang-kabut berusaha mencarinya. Pak DI hanya mencatat apa yang dikatakan Jendral Farid, memang. Tetapi pasti sudah sering mendengar atau membacanya sejak beberapa tahun terakhir ini. Hanya saja, maaf, dari sudut tata makna (semantics) kalimat itu jelas keliru — meski secara tata kalimat (syntax) sudah benar. Dan di bawah sana Bung Amat Kasela pun bertanya: Proses tidak pernah mengkhianati hasil atau hasil yang tidak mengkhianati proses? Secara semantis yang benar adalah hasil yang tak pernah mengkhianati proses, tentu saja. Orang yang pertama kali memunculkan “Proses tak pernah mengkhianati hasil” itu, barangkali, pernah membaca terjemahan “quote” Sidney Justin Harris : “Results will never betray the effort.” Hanya saja “effort” (usaha) diganti proses, menjadi “hasil tak akan pernah mengkhianati proses.” — substansinya sama, usaha adalah proses. Sayangnya orang tadi punya ingatan yang lemah, sehingga susunan katanya terbalik, menjadi “proses tak pernah mengkhianati hasil.” Dan itulah yang kemudian sering dikutip orang. Sidney J. Harris jurnalis sohor AS kelahiran Inggris. Sebelum meninggal (1986) dulu kolom mingguannya dimuat di sekitar 200 media di AS dan Kanada. Akan halnya kutipan “Results will never betray the effort” itu diambil dari salah satu bukunya, “Winners and Loosers”.

adi Nugraha

wah ternyata isi cerita disway hari ini sambungan kemarin. Saya gak tahu ya bawahan bapak itu gen z apa bukan, tetapi jika gen z, mungkin mereka sudah ngomel ngomel ketika disuruh mencari sobekan kardus berisi catatan di tong sampah dan harus ketemu lagi. Mungkin saja di hati mereka berkata seperti ini “Dasar Pak tua pelupa, udah tahu pelupa masih aja pakai catetan kardus, coba bawa buku atau Hape buat ngerekam suara kan bisa, tinggal diputar ulang.”

Saifudin Rohmaqèŕqqqààt

Saya juga tidak tahu anomali permainan golf. Yang saya tahu adalah anomali prestasi golf Indonesia. Kita bisa membangun lapangan golf yg bagus. Bahkan Indonesia bisa menyelenggarakan turnamen golf Indonesia open sejak tahun 1974. Turnamen elit di negeri ini. Apakah ada orang Indonesia yg juara di turnamen golf indonesia open? Jawabnya ya ada, tapi baru satu orang. Yaitu seorang cedi atau pembantu pemain golf asal Surabaya. Yaitu Kasiadi. Dia juara Indonesia open tahun 1989 yg saat itu berhadiah 120 ribu US dollar. Sampai hari ini pun belum ada yg menyamai prestasinya. Sorang cedi yg tekun dan nekad. Proses tidak akan mengkhianati hasil.

bagus aryo sutikno

Bagi saya, perancang konflik POSO itu hebat banget. Hasil tidak mengkhianati proses. Adanya konflik POSO menyebabkan jalur darat Makasar – Palu lock down. Akibat lock down tersebut, jalur barat via Sulawesi Barat, usai pemekaran, terbuka. Panen duku dari Majene dst bisa tersalur hingga Makasar dan Palu. Konflik POSO melahirkan dan membesarkan Sulawesi Barat. Tanpa konflik berdarah-darah, infrastruktur di Sulbar akan slowly dibangun. Korban sekian orang hanyalah tumbal, collateral damage, dari kelahiran Sulbar-Sulawesi Barat. Jadi POSO itu konspirasi tingkat tinggi. #CMIIW

Saifudin Rohmaqèŕqqqààt

Mendengar Sulawesi Tengah, saya jadi ingat TVRI pada tahun 1985. Memangnya ada apa? Di kala itu, TVRI hanyalah satu satunya sumber informasi di desa saya. Orang tua belum punya radio maupun televisi. Tapi ada tetangga yg baik. Yg selalu membuka pintu, sambil TV dinyalakan. Silahkan siapa saja yg mau nonton. Tanggal 9 sampai 20 september 1985, diadakan Pekan Olahraga Nasional ke-11. TVRI menyiarkan tiap hari. Saya selalu menunggu jurnal pon berakhir untuk mengetahui perolehan medali. Dari 27 propinsi waktu itu, saya masih ingat , yg menjadi juru kunci atau ranking ke 27 adalah propinsi Sulawesi Tengah. Dibawah propinsi Timor Timur yg ranking ke 26. Kenangan tentang propinsi Sulawesi Tengah.

Amat Kasela

Tulisan hari ini lebih baik daripada yang kemarin. Nilai tulisan kemarin 60. Nilai tulisan hari ini 61.

Johannes Kitono

Bukan main ternyata CHD hari ini dari sobekan lead yang ketemu di tong sampah. Dan sempat dibully habis habisan oleh Ketum PKP. Secara runut kita mempelajari asal mula terjadinya Kasus Poso. Hanya masalah anak muda beda agama berantem.Urusan kecil jadi urusan nasional dan bakal Internasional. Kredit point harus diberikan kepada Jen. Farid yang tinggi dedikasinya. Biasanya pejabat minta mutasi dari daerah konflik supaya bisa menuntaskan tugasnya. Ini kok justru minta diperpanjang. Berani menghadapi tantangan dan pasti diomelin oleh isteri yang kuatir akan keselamatan keluarga. Kata Bung Karno : Jangan melupakan sejarah dan ternyata itu terjadi di awal kasus Poso. Kalau dari awal konflik anak muda didamaikan tentu tidak akan melebar kemana mana. Menurut Pingky Worrow anak Kol Worrow, tokoh Permesta ( Perjuangan Rakyat Semesta, 2 Maret 1957 ). Awalnya adalah para perwira asal Sulawesi yang kecewa karena pemerintah pusat lebih memperhatikan pulau Jawa. Dan menghambat perekonomian lokal. Padahal sumber perekonomian seperti Kopra justru berasal dari Sulawesi. Rakyat Sulawesi hanya minta pembagian kue pembangunan yang adil dari pusat. Karena negosiasi tidak berhasil terpaksa angkat senjata. Oleh Barbara Harvey ( 1977 ) Permesta disebut :Half a Rebbelion.Pembrontakan setengah hati. Wow,sudah lama nyandak baku dapat deng Pingky ,spesialis Murray eel yang kepalanya segede buah kelapa.

EVMF

“Results will never betray the effort” (Hasil tidak pernah mengkhianati usaha/proses). Ini adalah salah satu quotes-nya Sydney Justin Harris (1917-1986). Sedangkan “Effort will never betray results” (Usaha/proses tidak pernah mengkhianati hasil) adalah salah satu tweet-nya Kim Tae-hyung (kelahiran 1995), anggota grup band BTS. * I’m so proud of those who helped us achieve this. People have no idea how difficult and huge this undertaking has been. As Tae-hyung says, “Effort will never betray results.” A big thank you to all of you. You know who you are! * Sepertinya Mayjen TNI Farid Makruf yang suka menyanyi, juga penggemar BTS.

Dodik Wiratmojo

Skrg ada tantangan yg lbh berat, teroris papua dengan 1000trilyun apbd yg menguap..asing mulai bermain, sampai suplai bisa dikirim lewat pesawat, sudah sering liat video anggota tni sakaratul maut diunggah dimedia

Waris Muljono

Bagi sebagian pihak, kekacauan, kerusuhan dan situasi buruk lainnya bisa jadi sengaja dipelihara untuk dijadikan proyek. Dlm tulisan ini pak DIS mencontohkan teroris. Mengapa pak DIS bisa mensinyalir begitu? Karena pak DIS berpengalaman “memelihara” perusuh-perusuh disway, sampai dibikinkan camp akhir tahun segala hehehehe Tapi perusuh disway ini sepertinya dipelihara bukan utk dijadikan proyek, tapi mau dibagi proyek. Begitu kan abah?

Dacoll Bns

Mantap, tinggal teroris di papua sekarang karena Sulawesi Insya Allah sudah beres , semoga beliau juga berhasil menuntaskan terorisme di Papua

Mirza Mirwan

“Sehari bisa 3-4 gelas, Pak Izrail. Gimana, mantap ‘kan?” “Mantap atau tidaknya saya tidak tahu, Cak, wong saya baru kali ini ngopi.” “Berarti Pak Izrail hanya minum teh saja?” “Ndak juga.” “Oh…berarti saban hari minum air putih.” “Saya ndak minum ndak makan, Cak,” Izrail lantas menyeruput kopinya hingga habis. Menghormati tuan rumah, sih. Dan Izrail pun tertidur. Kesempatan itu digunakan Brodin untuk menaruh kertas yang memuat namanya di tumpukan paling bawah. Kurang dari dua jam kemudian, Izrail terbangun. “Wah, gegara kopi sampeyan saya bisa tidur, Cak. Padahal seumur hidup saya ndak pernah tidur.” Brodin kecewa, tentu saja. Semula dikira Izrail mati. Ternyata bangun lagi. “Sebagai bentuk terima kasih, saya akan mencabut nyawa orang yang berada di urutan bawah daftar yang saya bawa, Cak!” Brodin : Lho, kok ..??? —————- Adaptasi dari humor Gus Dur.

Mirza Mirwan

Sebut saja namanya Brodin. Seperti Mayjen Farid, ia juga MA: Madura Asli. Suatu malam ia mendengar suara pintu diketuk dari luar disertai salam. “Wa’alaikum salam,” sahut Brodin yang sedang nonton TV, lalu beranjak ke pintu. “Maaf, apakah benar sampeyan bernama Brodin?” tanya sang tamu serelah pintu terbuka. Tamu itu membawa stopmap tebal warna merah. “Benar, ta’iye. Mari masuk?” Sang tamu pun mengikuti Brodin, lalu dipersilakan duduk. “Mongomong nama sampeyan siapa ya?” tanya Brodin. “Saya Izrail, Cak Brodin.” “Idih, kayak malaikat pencabut nyawa saja!” “Memang sayalah malaikat itu, Cak,” kata sang tamu sambil membuka stopmap. “Dalam daftar yang saya bawa, malam ini, sekitar dua jam lagi saya harus mencabut nyawa sampeyan!” lanjutnya seraya menunjukkan selembar kertas di mana tertera nama, alamat, pekerjaan, dan jam pencabutan nyawa sampai menit dan detiknya. Brodin bergidik, tentu saja. Ia belum siap untuk mati. Dua anaknya masih cilkecil. Isterinya juga masih cantik semlohei. Tetapi karena Brodin orang Madura, tebersitlah ide cemerlang di otaknya. “O gitu. Ndak masalah. Tapi sambil nunggu waktu, gimana kalau kita pingopi dulu?” “Sebenarnya saya tak pernah ngopi, Cak. Tapi untuk menghormati sampeyan, okelah!” Brodin lantas ke dapur. Menyeduh dua gelas kopi. Tetapi gelas yang untuk Izrail dikasih dua bungkus racun tikus. “Sampeyan sering ngopi kayak gini, Cak” tanya Izrail setelah mencicipi kopinya.

Rihlatul Ulfa

namanya kuat maruf/tangan kanan ferdy sambo yg penurut/apapun kata manjikan manut/ namanya ricky rizal/ ajudan ferdi sambo yg nakal/yang tidak jadi menembak brigadir j/ karena nyali yg tidak begitu berani/ namanya ricard eliezer si algojo yg katanya menembak/awal mula ikut apa kata ferdy sambo/ujung-ujungnya ia tidak mengikuti komando/ mengatakan bahwa ia hanya disuruh/tapi tidak ada itikat untuk membantu/sampai akhirnya brigadir itu jatuh/drama keopisian yg sistematis/sampai banyak petinggi polisi ikut diadili/jabatan tinggi memang menyilaukan/sampai bisa mencoba mengubur pembunuhan yg fatal

Rihlatul Ulfa

Tubuh besar itu akhirnya tersungkur, setelah tembakan emosi itu mengenai kepala belakang sebelah kiri. disamping tangga, depan kamar mandi. darah itu terus mengucur dari kepala tiada henti, jari-jari dan tulang seperti menjadi saksi, bagaimana kengerian itu terjadi. semua yg melihat seperti bungkam, seperti berbicara kepada dirinya sendiri ‘toh bukan saya yg ditembak’. lucunya memakai ambulance, bahwa supir pun merasa janggal, setelah itu dibawa ke rumah sakit polri, padahal yg menembak adalah petinggi polri. harkat, martabat, malu, aib, pelecehan seksual menjadi alasan. pokoknya nyawa yg harus menjadi taruhannya, tidak ada lawan.

Er Gham

Hakim MA yang tertangkap OTT KPK, hanya minta maaf setelah ketahuan. Minta maaf sama siapa Pak?

Handoko Luwanto

Di golf tdk berlaku prinsip “proses tdk mengkhianati hasil”. Yg ada prinsip “suami tdk mengkhianati istri”. Kalo gak begitu, Caddy girls nya bakal didemo para istri.

MZ.ARIFIN UMAR ZAIN

Tetangga orang Madura, jualan sate ayam, di Jawa Tengah, nyebut nya: Sate Ayam Madura. Apa nya yg Madura, semua bahan2 nya dari Jawa Tengah?

Johannes Kitono

MA asli banyak ceritanya. Ada yang jujur seperti Jend Farid yang tolak rezeki Rp.200 juta. Justru hibahkan ke anak buah yang bantu bebaskan tanah Mandalika.Konon saat Mahfud MD jadi Menhan di Kabinet Gusdur. Juga pernah menolak setoran sekarton entah rupiah atau dolar tanpa lihat isinya. Letjen Johnny Lumintang, Sekjen Dephan diminta mengembalikan pada yang kasih. Now, pejabat yang jujur sudah langka dan sisanya selalu jadi target OTT oleh KPK. MA yang lugu juga banyak yang lucu. Konon ada MA dari Bangkalan mau naik bus bertingkat Damri dari Surabaya ke Banyuwangi. Begitu naik keatas buru buru turun lagi dengan kaki gemetaran. Ketika ditanya kenapa. Wow lebih baik gak jadi naik, kok ada bus yang tidak ada supirnya. Pasti bahaya dan bisa celaka.Kemudian pindah naik KA duduk dekat jendela. Selalu keluarkan tangannya ketika KA melewati pohon atau tiang listrik. Dilarang kondektur juga tak bisa. Akhirnya penumpang sebelah dengan bisik bisik mendekatinya ” Kondektur minta sampiyan hati hati, jangan keluarkan tangan. Nanti tiang listrik atau pohon patah kalau kena tangan sampiyan dan harus ganti rugi ” Dengan bangga dan senyum senyum MA asal Bangkalan itu lipat ” Tangan sakti” nya. Perasaannya hampir sama dengan kawan Marsaid taruna AMI ( Akademi Maritim Indonesia ). Pulang kampung dengan uniform yang beda beda tipis dengan uniform Taruna Akabri. Hebat kan !!!

Leong putu

Kuda terbang hanya di angan / Kuda jingkrak lambang Ferari / Ini bukan jenderal sembarangan / Punya kehendak tak kan lari / … Mantun_waras.

Udin Salemo

Bayangkan, sudah berkunjung ke 33 negara dalam rangka tugas. Ini bukan kaleng-kaleng. Wow, sugoooiii… #everyday_berpantun Jendela pintu menghadap utara/ Rumah besar punya pak Tata/ Jendral Farid banyak berjasa/ Poso salah satu bukti nyata/ Ke Depok membawa arit/ Untuk membabat rumput manila/ Kepintaran & kearifan Jendral Farid/ Diperlukan di tanah Papua/

Fiona Handoko

“bpk jend farid sudah menjelaskan soal anomali golf itu, tapi otak (maaf) abah tidak sampai”. saya tidak setuju dengan quotes abah di atas. ingat teori bung mirza “results will never betray the effort”. lha tidak pernah latihan golf, ya hasilnya plonga plongo diajari teori nya. begitu kok menyalahkan sang otak. #komen rasa prof pry#

bitrik sulaiman

Bagi yg beriman kepada takdir percaya bhw sebelum lahir ke dunia sudah ditentukan segala sesuatunya. Jadi kalau ada seperti dibawah yg menyebut hasil tak mengkhianati usaha/proses, menurut saya tak lah benar. Betapa banyak perusahaan yang sama dikelola dgn baik hasilnya jauh beda. Misal lagi, seperti Akmil. Siswa mendapatkan guru yang sama, makanan yang sama, latihan yang sama tetap saja ada yang menonjol diantaranya. Cepat naiknya yang lain keteteran. Alau hasil sesuai usaha bagaikan Qorun yang mengaku jerih payahnya. Allah berkehendak atas segalanya. Lihat fakta kehidupan banyak di luar sangkaan manusia.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id


Editor : Irawan
Publisher : Ameg.id
Sumber : Ameg.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button