Kami kembali terdiam. Sampai mobil berhenti di pesantren. Malam itu saya tidur di asrama pesantren. Saya tidur dengan sangat nyenyak.
Saya bayangkan betapa besar perputaran uang dari perjudian ilegal itu. Dan saya paham kenapa aparat membiarkannya bahkan melindunginya
Edo Terpedo? Nama aslikah? Rasanya bukan. Juga bukan nama yang pernah saya dengar. Kalau ia preman lama rasanya saya pasti…
Lagi pula di kantor nyaman, ada AC, di rumah hanya ada kipas angin bekas yang kubeli di kawasan barang bekas…
Ferdy bilang berita sudah dia cicil ketikannya di ponsel. Saya tak percaya orang bisa mengetik dengan baik di gawai sekecil…
Ada tenda besar di depan bangunan toko pesantren. Kursi-kursi tamu di bagian belakang sebagian diramaikan anak-anak santri.
Seorang lelaki berjas (pagi-pagi gini di kota ini pakai jas?) sepertinya seorang pengacara yang menjaga diri dengan identitas formal,
Bayangan headline halaman depan dan semua halaman dalam sudah ada juga. Saya masih ada waktu mengetik beritaku sendiri.
”Kau umumkan sendirilah. Malas aku nanti ribut sama Jon,” kata Bang Eel. “Aku ada rapat sama orang percetakan. Sekarang,” katanya.
”Kapan berangkat ke Medan, Bang?” tanyaku. Aku tahu dari Bang Eel, Bang Ado dapat tugas baru bikin koran di ibu…
This website uses cookies.