Pendidikan

Jihad Terbesar Adalah Melawan Hawa Nafsu

AMEG – Keluarga besar Universitas Islam Malang (Unisma) melaksanakan halal bi halal dan silaturahmi hibrid (daring dan luring). KH Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jawa Timur, sebagai penceramah.

Rektor Unisma Prof Dr H Masykuri Bakri M.Si menyampaikan, ”Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H. Minal aidin wal faizin wal maqbulin. Mohon maaf lahir dan batin. Halal bi halal adalah tradisi Indonesia yang sangat mulia. Silaturahmi dan saling memaafkan merupakan bagian dari risalah Islam. Tidak terbatas pada saat merayakan Idul Fitri saja”.

Maskuri mengajak seluruh civitas akademika Unisma berani maju. Tantangan kedepan makin berat. Hanya bisa dihadapi dengan keberanian. Tanpa ada keragu-raguan untuk melangkah dan berkompetisi. Ragu dan ketakutan hanya menjadi penghambat majunya Unisma. Takut untuk berjuang, takut gagal dan takut bersaing.

Baca Juga

“Kunci utamanya adalah berani. Selagi masih ada rasa takut kita tidak akan bisa memajukan Unisma,” ujar Maskuri.

Civitas Unisma saat mengikuti halal bi halal dengan menerapkan prokes. (ist)

Momentum halal bi halal dijadikan kesempatan oleh Rektor untuk membakar semangat para civitas akademika, dosen dan karyawan. Mereka didorong untuk bangkit dan kembali berjuang untuk berkhidmat demi kemajuan kampus.

Maskuri mengatakan selain sikap berani butuh juga semangat tinggi. Dengan pemikiran yang keras dan luar biasa untuk bisa mewujudkan cita-cita bersama. Tidak henti-hentinya memberikan motivasi, agar Unisma terus melakukan terobosan. Pemikiran-pemikiran hebat dari civitas akademika. Sehingga melahirkan mahasiswa-mahasiswa yang kreatif dan berdaya saing.

“Kita ingin Unisma makin baik, makin berkembang dan maju. Tidak ada niatan untuk merendahkan yang lain, tetapi semata-mata untuk mencari ridha Allah,” ungkapnya sore tadi.

Ia mengimbau agar Idul Fitri dimaknai dan dijadikan momentum untuk saling memaafkan. Agar hati menjadi lapang. Lahir energi positif serta spirit besar membangun Unisma, membangun keluarga dan masyarakat.

“Kita wujudkan satu pemikiran dalam membangun Unisma. Niat yang baik dan cara yang baik pula,” pungkasnya.

Sementara itu dalam tausyiahnya Kyai Marzuki menyampaikan fenomena seruan jihad yang dimaknai kurang tepat.

“Jika jihad terbesar adalah melawan hawa nafsu, maka tawadhu’ adalah alat yang tepat memerangi rasa sombong, riya’ dan dengki. Jika menginginkan badan yang sabar, lisan yang mau dzikir, hati yang khusu’. Maka perbanyaklah membaca istighfar,” tandasnya.

Kyai Marzuki mengajak civitas Unisma kokoh dalam naungan NU. Mengkuti bimbingan para kyai dan ulama dari kalangan Aswaja. “Tetaplah Istiqomah bersama NU. Laksanakan syariat Islam sesuai Alquran dan Sunnah Nabi. Tidak mengurangi dan melebih-lebihkan,” terangnya. 

Ulama kharismatik ini berpesan. Unisma wajib tidak kalah dengan kampus Islam lain di Malang Raya dan Indonesia.(*)


Editor : Yanuar Triwahyudi
Publisher : Rizal Prayoga
Sumber : -

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button