EntertainmentLifestyle

Warna Tanah Wastra Indonesia

Ecoprint dalam Rancangan Gayatree

Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian alam menjadikan tren gaya hidup ramah lingkungan semakin digemari. Bahkan sudah merambah ke berbagai sektor usaha. Tidak terkecuali dengan tren adi busana khususnya kain. Seperti busana berbahan kain ecoprint buatan Shanty Octavia Utami.

***

AMEG – Akhir-akhir ini berkembang kain motif berjenis ecoprint. ā€¯Sesuai namanya ecoprint berasal dari kata eco asal kata ekosistem (alam) dan print yang artinya mencetak. Kain ini dibuat dengan cara mencetak dengan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar untuk membuat pola motif,ā€¯ terang Shanty, pemilik Shantika Fashion dan Gayatree.

Baca Juga

Bahan yang digunakan bisa berupa dedaunan, bunga, batang bahkan ranting. Tidak seperti batik tulis atau cap yang pada tahap tertentu menggunakan bahan kimia, ecoprint menggunakan unsur-unsur alami tanpa bahan sintetis atau kimia. Karena itulah batik ini sangat ramah lingkungan dan tidak menimbulkan pencemaran air, tanah atau udara.

Sebagai salah satu desaner yang menekuni kain ecoprint, Shanty membuat beragam pakaian yang dibuatnya sendiri dengan label Gayatree dan Shantika Fashion. ā€¯Gayatree adalah merek berada di bawah Shantika Fashion. Berbagai macam pakaian dan aksesori prinspinpa saya ciptakan mengandung kain atau bahan lain yang dicetak menggunakan teknik ecoprint,ā€¯ katanya.

Kain-kain yang digunakannya itu ada jenis satin, tenun, katun, dan sutra. Semuanya dipakai khusus untuk merancang koleksi Gayatree yang mayoritas produknya mengomodasi kebutuhan perempuan. Ada banyak sekali varian produk Gayatree yang telah dibuat. Di antaranya scarf dan jilbab. Ada pula blus, rok, dan baju panjang sejenis baju gamis. Berikut aksesori pendukung.

Sejak mengembangkan ecoprint, Shanty sebenarnya berencana hanya merambah ke pangsa pasar kaum hawa. ā€¯Namun, sekarang saya mempelajari struktur potongan pakaian laki-laki. Dari sekian produk Gayetree kali ini, mungkin hanya syal yang bisa diaplikasikan untuk laki-laki. Tersedia dalam warna yang cenderung maskulin meliputi putih, cokelat, hitam, hijau tua, dan lain sebagainya,ā€¯ paparnya.

Berbagai busana dengan bahan kain ecoprint yang dicetak menggunakan bahan alami untuk seri Wastra Indonesia keluaran Gayatree buatan Shanty Octavia Utami (Foto: Shantika Fashion untuk Harian Disway)

Keunggulan produk Gayatree itu menurut Shanty ada pada perpaduan bahannya. Dia sengaja tidak hanya menampilkan kain ecoprint seutuhnya. Ada perpaduan jenis kain lain sehingga penampilannya jadi semakin menarik. ā€¯Sejauh ini kebanyakan penjual kain ecoprint lain masih memakai selembar kain dengan motif sama untuk satu jenis pakaian. Nah saya buat berbeda untuk Gayatree,ā€¯ katanya.

Selain proses membuat kain yang cukup lama, susah payah dalam merancang Gayatree itu ada pada proses menjahitnya hingga menjadi pakaian. Setidaknya satu busana perlu menghabiskan waktu dua minggu. Untuk menghasilkan jahitan yang oke, Shanty mempekerjakan para penjahit lokal yang memiliki kemampuan mumpuni. Mereka yang fokus terhadap detail dan pemaksimalan motif yang memang memakan waktu cukup lama.

ā€¯Mereka -para penjahit dan pengrajin- yang saya libatkan mulai anggota PKK, Kader Posyandu, Kader Lansia, Bunda PAUD, pemerhati lingkungan, hingga korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Mengapa mereka? Ya karena ibu-ibu itulah yang jadi penopang ekonomi keluarga sehingga Shantika Fashion membawa isu sosial. Bahkan sejumlah eks penghuni lokalisasi Dolly dan kader lain yang turut membantu pembuatannya,ā€¯ katanya.

Praktis, seluruh proses pembuatan Gayatree dilakukan dengan manual. Termasuk pula proses pewarnaan sebagai dasar pembuatan kain ecoprint. ā€¯Melihat susah payahnya membuat ecoprint, wajar bila satu busana keluaran Gayatree saya hargai antara Rp400 ribu sampai Rp1 juta,ā€¯ ujar,ā€¯ jelas lulusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh November itu.

Dalam seri Wastra Indonesia, Shanty bahkan berkolaborasi dengan mahasiswa Institut Kesenian Indonesia (ISI) Yogyakarta. Wastra Indonesia itu ada tiga seri. Pada satu seri Shanty mengerjakan bagian atasnya dengan menerapkan teknik Suminagashi atau teknik lukis di atas air dan ecoprint dengan daun lanang dari Madura dan jati dari Mojokerto. Bawahan terbuat dari katun yang diolah dengan kolaborasi shibori dan ecoprint menggunakan daun kalpataru (daun kehidupan), jati, dan jarak kepyar.

Kemudian dijahit menjadi celana dengan dengan memaksimalkan seluruh kain agar tidak terbuang sia sia untuk mengurangi polusi. Kerudung ala Ning Suroboyo ini terbuat dari wastra jaring tenun rayon Pekalongan yang di-ecoprint dengan pounding dan basic steaming ecoprint menggunakan daun jarak, jati, dan jarak wulung serta daun lanang.

Berbagai busana dengan bahan kain ecoprint yang dicetak menggunakan bahan alami untuk seri Wastra Indonesia keluaran Gayatree buatan Shanty Octavia Utami (Foto: Shantika Fashion untuk Harian Disway)

Dalam seri yang lain, Shanty menggunakan empat bahan utama. Batik tulis warna alami, kain ecoprint warna rust dye atau yang tampak sepert berkarat, kain ecoprint kukus standar, dan tenun lurik. Kombinasi tersebut menghasilkan pakaian dengan warna tanah yang kentara. Setiap detailnya dapat dilihat dengan jelas.

Bawahannya memakai jarik span diberi ornamen ecoprint basic steaming bergambar daun jati, ketapang, daun tabebuya, dan daun lanang. Sementara kerudung terbuat dari wastra Sutra katun yang diproses ecoprint dengan metode botanika memakai pewarna alami manjakani.

Seri yang ketiga diwujudkan dalam kebaya modern. Terbuat dari kain katun yang telah mengalami proses eco-shibori. Kain telah melewati proses shibori menggunakan tingi, tegeran dan jolawe untuk memunculkan warna hijau cokelat alami. Motif dihasilkan adri proses ecoprint dengan teknik pukul menggunakan palu (pounding/hammering).

Bawahannya terbuat dari sutra yang disentuh dengan teknik ecoprint dengan metode botanical. Motif menampilkan dedaunan Nusantara seperti jati, ketepeng, daun lanang, daun jarak kepyar, kalpataru, serta daun jaran. Kerudung dibuat dari tenun jaring rayon yang diproses dengan ecoprint dengan cara dipukul dan ecoprint kukus. (*)


Editor : Sugeng Irawan
Publisher : Rizal Prayoga
Sumber : Di's Way

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button