Nasional

Kampus di Desa

AKHIR tahun 2007, sebelum dilantik untuk memegang amanah memimpin Kota Wisata Batu, saya dikejutkan dengan datangnya undangan atau lebih tepatnya ajakan untuk bertemu, dari Rektor IAIN Sunan Ampel cabang Malang, yang kemudian berganti nama menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Maulana Malik Ibrahim, Pak Imam Prayogo.

Saya menyambut baik undangannya, dan pada waktu yang disepakati, saya sudah berada di ruang kerjanya, yang menurut saya berukuran kecil untuk ruang kerja seorang pemimpin perguruan tinggi di Kota Malang.

Beliau menyampaikan gagasannya untuk memperluas kampus IAIN, karena rasanya sudah terjepit dua kampus besar yaitu Universitas Brawijaya (UB) dan Institut Teknologi Nasional (ITN). Dikatakan, pihaknya telah menyiapkan lahan di wilayah Kota Wisata Batu kurang lebih seluas 60 hektar. Dalam perbincangan siang itu, Pak Rektor berharap Pemkot Batu ikut mendukung pembangunan kampus IAIN.

Baca Juga

Diceritakan oleh Pak Rektor, Kampus IAIN yang berdiri di kawasan Dinoyo Malang ini, tempat kami berdua berbincang, dahulu bisa berdiri juga atas bantuan almarhum Ebes Soegiono pada masa akhir jabatannya sebagai Walikota Malang, dengan beberapa sarana penunjang serta jalan di sekitar kampus. Dia berharap saya bisa seperti Ebes, membantu pembangunan kampus. Kalau Ebes membantu pembangunan kampus di Kota Malang, sedang saya membantu pembangunan di Kota Wisata Batu. Saya memotong dengan mengingatkan, saya belum dilantik.

Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim akhirnya berdiri, di wilayah Kota Wisata Batu. Berada di Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, lebih dikenal dengan sebutan Kampus Dua. Saya beberapa kali ke kampus baru ini, misalnya saat mendampingi Ibu Megawati meresmikan sebuah gedung di kawasan kampus, yang dinamakan Gedung Megawati. Rupanya Pak Rektor pengagum Bung Karno. Juga saat SBY selaku Presiden RI meresmikan perubahan IAIN menjadi UIN, saya ikut hadir pada acara kenegaraan itu.

Menjadi surprise bagi saya, ketika UIN Malik Ibrahim kemudian berencana membangun sebuah kampus kecil untuk program studi magister. Bagaimana tidak membanggakan, karena kampus itu berada di desa yang tadinya tidak terpikirkan, yaitu Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo. Rektor yang menggantikan Pak Imam Prayoga menjelaskan bahwa pihaknya telah membeli lahan dari seseorang yang sebelumnya direncakan untuk hotel, tapi kemudian lebih senang apabila lahannya digunakan untuk sarana pendidikan.

Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim di Junrejo, Kota Batu. (dok civitas)

Saya, dan warga Kota Wisata Batu, menyambut dengan senang hati apabila di kota kecil ini tersedia sarana pendidikan untuk program magister. Kami semua bangga karena di kota pertanian ini, yang berkembang bukan hanya sektor pariwisata, tetapi juga sektor pendidikan. Pembangunan kampus untuk program itu membutuhkan waktu dua tahun, sesuai dengan tata kota, dan pada tahun 2013 kampus itu akhirnya diresmikan oleh Wakil Presiden Budiono.

Setahun kemudian setelah peresmian, saya diundang untuk melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking pengembangan kampus UIN Maulana Malik Ibrahim, yang akan dibangun di area seluas kurang lebih 100 hektar di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo. Lokasinya sangat bagus, dan melihat gambar perencanannya sangat megah dengan sarana dan fasilitas yang sangat lengkap; sarana olah raga, masjid, asrama mahasiswa, taman, perpustakaan dan fasilitas lainnya. Pada gambar nampak atas, bangunan dengan berbagai fasilitas itu membentuk lafal ‘Bismillah.’

Kampus modern akan berdiri di kota kecil yang menjadi kebanggaan rakyat petani. Mereka akan ikut merasakan kemajuan dunia pendidikan modern, karena ada komitmen dari pihak rektorat untuk memberi fasilitas khusus kepada warga kota kecil ini, agar dapat merasakan pendidikan, sekaligus juga merasakan dampak perekonomian yang akan ditimbulkan.

Saya sampaikan pada para pejabat di lingkungan Pemkot Kota Wisata Batu dan para anggota DPRD, kita harus support dengan fasilitas infrastruktur, bahkan memberi perhatian pada kawasan khusus pendidikan di area kampus UIN Maulana Malik Ibrahim. Artinya, kawasan kampus ini harus tertata dengan baik, meskipun pintu gerbang masuk ke kampus berada di wilayah Kabupaten Malang.

Keberadaan UIN Maulana Malik Ibrahim di Kota Wisata Batu akan melengkapi sarana pendidikan yang sudah ada sejak masa perjuangan dulu, seperti Sekolah Kepasturan, Sekolah Alkitab, YPPI, pondok pesantren modern yang terus berkembang pesat seperti Al Izzah yang ada di Desa Sumberejo dan Al Hikmah di Desa Giripurno, juga Perguruan Tinggi Agama Budha, bahkan pendidikan militer khusus di Desa Pendem.

Gedung program magister UIN Maulana Malik Ibrahim di Junrejo, Kota Batu.

Ah, alangkah istimewanya kota pertanian yang hanya terdiri dari tiga kecamatan dan berpenduduk total tak lebih dari 150 ribu ini. Semoga pendidikan berkualitas yang ada di kota ini, tidak tertutup oleh perkembangan dan hingar bingar dunia pariwisata yang melesat begitu pesat. Cafe-cafe dan restoran dan hotel atau penginapan, tumbuh seperti jamur di musim hujan. Tumbuh pada setiap jengkal tanah yang ada, bersaing menggerogoti budaya lokal, bahkan dengan melanggar peruntukan lahan.

Sesungguhnya perkembangan suatu kota tidak hanya diharapkan mampu meningkatkan perekonomian, dengan penambahan pendapatan asli daerah. Tapi tujuan dari perkembangan kota itu, harus pula memberi peluang kepada warganya untuk dapat meningkatkan pendidikan mereka.

Perkembangan suatu kota jangan hanya dilihat dari angka yang tertera pada grafik semata. Tetapi juga pada peningkatan yang tidak ada angka dan grafiknya, yaitu kualitas warganya. Semoga di Bulan Suci ini, Allah SWT memberikan keberkahan dan kebaikan kepada kita semua.-

Sahabat ER, Semarang, 7 April 2023.


Editor :
Publisher :
Sumber :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button