Nasional

Kontrakan di Dolly Habis, Masjid Masih Dibangun

Menjaga Lentera Dakwah Pesantren JeHa Jarak-Dolly (21)

Saat pemkot membebaskan satu per satu wisma di Dolly, JeHa juga berhasil membeli 3 unit rumah karaoke di Putat Jaya untuk memperbesar daya tampung pesantren. Seluruh uang yayasan diinvestasikan untuk membangun masjid di sana. Bantuan datang dari segala penjuru.

***

AMEG – RIFKI Nanda tak menghiraukan teman-temannya yang bergurau di barisan belakang. Ia fokus dengan kitab kecil yang tergeletak di meja lipatnya. Mulutnya komat-kamit tanpa mengeluarkan suara, siang itu (15/4).

Baca Juga

Matanya melongok ke langit-langit Ponpes JeHa sambil sesekali mengintip isi kitab. Diulang terus menerus, sampai Kak Risma memanggilnya.

Siang itu sang ustazah sedang menguji santrinya yang masih tingkat II. Semuanya masih SD. Mereka harus menyetor hafalan Surat Al Alaq. Bagi sebagian santri, ini tergolong surat yang mudah dihafal. Makanya, mereka tenang-tenang saja dan ramai di barisan belakang.

Pembangunan bagian atap Pesantren JeHa yang masih dalam proses penggarapan.(Foto: Eko Di’s Way)

Sementara Rifki belum menguasai betul 19 ayat dari surat ke 96 itu. Dibanding teman-temannya yang lain, ia tergolong paling muda. Masih kelas 2 SD. Umur 9 tahun. Sementara teman satu kelasnya sudah kelas 5 dan 6 SD.

Setelah menunggu antrean, akhirnya tiba juga giliran Rifki. Bocah yang duduk di meja paling depan itu langsung bergegas pindah ke meja ustazah. Ia bawa kitab kecilnya, namun tak boleh dibuka.

Ustazah Risma mempersilakan Rifki memulai hafalannya. Wajah bocah asal Putat Jaya itu makin tegang. Ia palingkan mukanya sambil memejamkan mata.

Gawat… pikirannya blank. Mungkin karena terlalu tegang. Ayat pertama: Iqro bismi rabbika ladzi kholaq yang sebenarnya sudah ia hafalkan malah hilang dari hafalan.

Ayat pertama yang diwahyukan ke Nabi Muhammad saat berada di Gua Hira itu tergolong surat pendek yang sangat masyhur. Mudah dihafal.

Tapi, kalau sudah waktunya lupa, ya lupa. Itu sama seperti hafal Pancasila tapi tiba-tiba tak ingat sila Ketuhanan yang Mahaesa.

Rifki tak berani memandang wajah ustazahnya. Ia keluarkan ayat apa saja yang muncul di pikirannya karena sudah kepepet. “Wadh-dhuhaa,” ucapnya lirih lalu melihat ke arah Risma

“Lho, kok Wadh-dhuhaa,” sahut Risma. “Lali, Mbak (lupa,kak)” kata Rifki.

Begitu Risma menyebut “iqro”, Rifki bisa meneruskan kalimat berikutnya. Namun ia tak hafal penuh. Risma harus mengoreksi beberapa ayat yang salah ucap.

Santri yang ada di belakang sudah menyetor hafalan. Mereka semakin ramai saat kelas akan berakhir. Risma memarahi santrinya. Dia menyebut nama mereka yang bandel satu per satu. Puasa mereka bisa terganggu kalau terlalu banyak bergerak dan bergurau. “Nek ngelak, ojok mokel. (Kalau haus, jangan membatalkan puasa),” ujarnyi.

“Tapi kalau gak sengaja minum, kan gak papa, Mbak,” sahut salah seorang santri. Risma cuma bisa geleng-geleng kepala. Bocah-bocah itu sulit diatur. Dia juga mengingatkan agar mereka tidak bergerombol. Masker juga tak boleh dilepas. Mereka harus berbagi ruang dengan teman-temannya.

Di luar pesantren sudah ada santri lain yang menunggu. Ruangan harus dipakai bergantian. Setiap kelas, satu jam.

Tahun ini JeHa mengalami krisis ruang kelas. Sudah ada tiga eks wisma yang sudah dibeli dan dipakai tempat mengaji. Namun, semuanya harus dibongkar tahun ini. JeHa membangun masjid di atas tiga tanah itu. “Sementara kami pakai rumah ustaz dan ustazah,” ujar salah satu pendiri JeHa, M. Nasih.

Bangunan bagian depan Masjid JeHa yang masih dalam proses pembangunan.(Foto: Eko Di’s Way)

Ada yang merelakan ruang tamunya jadi tempat mengaji. Ada juga yang menyulap tempat parkirnya jadi pesantren.

Saat masjid dibangun, kontrak JeHa yang ada di Dolly habis bulan lalu. Kalau pemiliknya datang meminta gedung dikosongkan, maka ruang mengajar pesantren makin kritis.

Dalam situasi itu, JeHa harus mengatur strategi keuangan. Anggaran difokuskan di Putat Jaya atau mencari kontrakan lain di Dolly.

Kalau uang di kas yayasan dipakai mencari kontrakan baru di Dolly, uang pembangunan masjid bisa tergerus. Setelah dipertimbangkan, akhirnya diputuskan untuk merelakan cabang pesantren di Dolly tutup sementara. Sampai Eks Wisma Lestari yang kini dikontrak JeHa menemukan pembeli.

Dalam kondisi keuangan yang mepet, JeHa justru menggratiskan santrinya. Bahkan yang yatim bisa mendapat bantuan sepatu atau seragam. Yang rusak dapat gantinya. “Gak ngerti, ya. Pasti onok ae rezekine (Tidak tahu, ya. Pasti ada saja rezekinya),” ujar Nasih.

Bahkan ada wali santri yang merelakan uang umrah sekeluarga untuk merealisasikan pembelian tanah dan pembangunan masjid. Mereka merasa uang umrahnya lebih baik diwujudkan jadi amal jariyah.

Donatur juga berdatangan saat JeHa menyebarkan broadcast tentang “Pesantren Dolly Dijual”. Pesan berantai yang sempat diprotes Pemkot Surabaya itu berhasil menyita perhatian banyak donatur. Dalam tiga tahun berturut-turut tiga eks wisma berhasil dibebaskan.

Saat uangnya sudah terkumpul, wisma itu tidak bisa langsung dibeli. Ada saja persoalan hukum yang mengganjal. (Doan Widhiandono-Salman Muhiddin)

Dapat Dukungan Advokat dan Notaris, baca besok…(*)

Doan Widhiandono

Recent Posts

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

{{ keyword }}

{{ text }} {{ links }}

4 bulan ago

Real Count Sirekap Dihentikan, Sudirman Said Menilai Pemilu 2024 Bermasalah

AMEG.ID, Indonesia - Co Kapten Timnas Pemenang Anies-Muhaimin Sudirman Said menyebut penghentian tayangan real count…

6 bulan ago

Aksi Massa Dukung Proses Hukum Soal Dugaan Korupsi Ganjar Pranowo

AMEG.ID, Indonesia - Massa yang merupakan aliansi masyarakat Jawa Tengah menggelar aksi di depan kantor…

6 bulan ago

Dindik Jatim Bekali Ratusan Guru untuk Hadapi Era Digital

AMEG.ID, Jawa Timur - Dinas Pendidikan Jawa Timur membekali ratusan guru untuk siap menghadapi tantangan…

6 bulan ago

This website uses cookies.