Regional

Waduh, Ibu Ini Tidak Selamat

Menjaga Lentera Dakwah Pesantren JeHa Jarak-Dolly (27)

Dokter Heru Subroto meminta semua santri Pesantren Jauharotul Hikmah (JeHa) berkumpul mendoakan kesembuhan Ustazah Khabibah, 2 Mei 2017. Sang guru ngaji sudah memegang sumpah: jika operasi jantung bocornya berhasil, dia akan terus mengajar Alquran di JeHa. Begitu rongga dada terbuka, dokter sempat bilang “Waduh, ibu ini tidak selamat”

***

AMEG – Operasi dimulai pukul 7 pagi. Khabibah diminta memberikan kalimat terakhir untuk suami dan keluarganyi. “Sudah kayak orang mau meninggal,” ujarnyi saat ditemui di rumahnyi, Jalan Jarak 11 Mei lalu.

Baca Juga

Khabibah hanya meminta semua mendoakan dan memaafkan apabila punya salah. Dia juga titip putri semata wayang yang masih berusia dua tahun. Sudah 10 hari dia belum bertemu si mungil Aura Khaila Qolby. Dokter tidak mengizinkan pertemuan itu agar Khabibah lebih tegar. Sebelum operasi mental pasien tidak boleh turun.

Semua perawat dan dokter sudah siap dengan baju operasi mereka. Bed mulai didorong melaju menuju ruang bedah. Khabibah duduk sambil terus berdoa dan memasrahkan semua takdirnya ke Tuhan, penguasa hidup dan mati.

Begitu bius bereaksi. Dokter mulai menyiapkan pisau bedah. Tiga tulang rusuknyi dipatahkan sehingga rongga dada mulai terbuka. Dokter Heru berhenti sejenak begitu melihat kondisi jantung Khabibah.

Khabibah guru ngaji Pesantren JeHa menceritakan pengalamannya saat ditemui di tokonya Jalan Putat Jaya (Foto: Eko-Di’s Way)

Kalau secara teori jantungnyi sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. Kemungkinan begitu tipis. Heru yang punya pengalaman sebagai spesialis bedah jantung sangat tahu itu.

Sejak awal dokter sudah bilang, seharusnya jantung bocor ditangani sejak belia atau remaja di bawah 20 tahun. Namun bagi sebagian orang, kelainan itu tidak bisa dirasakan. Atau hanya dianggap sakit biasa sehingga tidak terdeteksi.

Usia Khabibah saat itu sudah mencapai 35 tahun. Sudah banyak dokter yang angkat tangan. Tidak mau mengoperasi. Heru adalah dokter kelima yang ia datangi. Cuma ia yang mau. “Meski secara teori tidak mungkin, dokter tetap berusaha,” kata Khabibah.

Sejak menjadi penderita jantung bocor, Khabibah jadi belajar banyak tentang kesehatan jantung. Jantung bocor adalah kelainan bawaan (kongenital) berupa masalah pada struktur jantung yang sudah ada sejak lahir. Aliran darah yang melalui jantung pun tidak normal.

Pada jantung terdapat septum (dinding) yang mencegah percampuran darah antara kedua sisi jantung. Beberapa orang dilahirkan dengan lubang pada septum pemisah itu.

“Saya juga belajar. Jantung bocor itu ada dua. VSD dan ASD. Saya yang ASD,” lanjutnyi. Jantung memiliki 4 ruangan yang disebut serambi dan bilik. Apabila terdapat kebocoran di septum antara dua serambi jantung, kondisi tersebut disebut sebagai Atrial Septal Defect (ASD). Inilah yang dialami Khabibah.

Sedangkan VSD (Vertricular Septal Defect) adalah kebocoran di septum antara dua bilik jantung. Efek ASD atau VSD sama: darah dari sisi kiri jantung dapat masuk ke sisi kanan. Darah yang kaya oksigen bercampur dengan darah yang miskin oksigen. Dampaknya, darah kaya oksigen itu malah dipompa ke paru-paru bukan ke seluruh tubuh.

Rupanya tubuh Khabibah sudah terbiasa dengan kondisi itu. Namun semua ada waktunya. Jantungnyi sudah tidak bisa lagi diajak kompromi di usia 35 tahun. Kelainan diketahui saat ia mengambil program bayi tabung. Kata dokter, diagnosa jantung bocor memang seringkali baru diketahui saat penderitanya mengandung. Untungnya sang putri yang sudah ditunggu-tunggu itu bisa terlahir dengan selamat.

KHabibah bersama Suaminyi Ari Wahyu menghitung barang dagangan mereka (Foto: Eko-Di’s Way)

Di ruang operasi, Dokter Heru dan tim tetap berupaya mencari jalan kesembuhan. Di sinilah muncul keajaiban-keajaiban.

Lubang pada dinding jantung itu biasanya ditutup oleh jaringan lain di luar jantung. Namun saat menangani Khabibah, jaringan yang dibutuhkan itu ternyata sudah ada di jantungnyi sendiri. “Sama Allah sudah disiapkan jaringannya kata Dokter Heru. Pokoknya yang secara teori susah, ternyata saat dikerjakan mudah sekali,” kata kakak pendiri JeHa, Muhammad Nasih, itu.

Operasi yang dimulai pukul 07.00 berakhir pada pukul 14.00. Dokter memprediksi Khabibah baru siuman setelah 3-7 hari pasca operasi. Jika lebih dari itu, kemungkinan besar dia akan meninggal. Tubuhnyi menolak jantung baru yang sudah diperbaiki itu.

Khabibah dipindahkan di intensive care unit (ICU). Dokter menjaganya bergantian selama 24 jam. Di pesantren JeHa, santri dan para pengajar terus berkumpul. Mereka mengirim doa sesuai permintaan Dokter Heru.

Khabibah akhirnya membuka matanya. Tapi, prediksi dokter salah. Khabibah tidak siuman dalam 3-7 hari. Ada kejutan-kejutan lain dari guru ngaji asal Jarak-Dolly itu.

Jadi Mentor Pasien Jantung Bocor, baca besok…(*)


Editor : Sugeng Irawan
Publisher : Rizal Prayoga
Sumber : Di's Way

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button