Nasional

Whistleblower Depok Diguyur Bunga

Karangan bunga terus berdatangan ke Kantor Kejaksaan Negeri Depok. Mendukung Sandi Butar Butar, whistleblower Damkar Depok. Pengacara Sandi, Razman Arief Nasution mengalkulasi dugaan korupsi sekitar Rp 1 miliar. Benarkah begitu?

***

Kasus ini semakin menggelembung. Semula dari aksi demo petugas Damkar Depok di kantor Wali Kota. Ditanggapi banyak pihak, termasuk Menpan RB Tjhajo Kumolo. 

Baca Juga

Kini didukung mengalir dari masyarakat berupa karangan bunga. Sejak Kamis (15/4/21) sampai Senin (19/4/21) karangan bunga terus berdatangan. Kasi Intel Kejari Depok, Herlangga Wisnu Murdianto Herlangga kepada pers mengatakan: “Ini bukti masyarakat mendukung pemberantasan korupsi.”

Tapi, benarkah ada korupsi? Kuasa hukum Sandi Butar Butar, Razman, menyatakan, yakin. “Nilai korupsi sekitar Rp 1 miliar,” katanya kepada pers, Senin (19/4/21). Diungkap, sekilas demikian:
Pertama, sepatu dinas. Menurutnya, ada mark up Rp 500 ribu per pasang. Dikalikan 150 karyawan Damkar Depok.

“Anggarannya Rp 850 ribu per pasang sepatu. Setelah kami cek ternyata yang diberikan sepatu harga Rp 300-400 ribu,” papar Razman.

Juga, ada pemotongan insentif petugas Damkar. Sejak pandemi, petugas ditugaskan menyemprot desinfektan. Dan, kegiatan itu ada insentif Rp 1,8 juta per bulan. Yang diterima petugas Rp 850 ribu.

Razman mengklaim, punya bukti rekaman pengakuan bendahara Damkar Depok, bahwa ada mark up anggaran Damkar Depok.

“Pengakuan direkam. Rekaman disimpan Sandi dan sudah dikirim ke kita. Sudah kita simpan. Bendahara mereka sudah mengakui bahwa ada mark up anggaran,” tutur Razman.

Razman meminta, agar aparat juga memeriksa Wali Kota Depok Mohammad Idris. Levelnya jadi naik ke tingkat wali kota. “Kami berharap, pimpinan tertinggi, Wali Kota Depok juga diperiksa,” ujar Razman di RAN Law Firm Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (19/4/21).

Uniknya, meski kasus ini sudah sepekan heboh, Wali Kota Depok, Mohammad Idris, belum juga bicara ke pers. Sehingga menimbulkan spekulasi liar. 

Tapi, kasus ini tetap berjalan dan ditanggapi pejabat secara selow. Terbukti dari jawaban Wali

Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono, saat dikonfirmasi wartawan. Imam saat itu meninjau harga kebutuhan pokok di Pasar Agung, Depok, Senin (19/4/21) ditanya wartawan soal itu.

Jawabannya begini:“Kami belum mendalami secara baik ya, kasus itu apa gitu. Kalau di internal, itu sebaiknya diselesaikan di internal dulu ya,” kata Imam.

Imam mengaku, belum berkomunikasi dengan Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok, Gandara Budiana, soal ini. “Kami belum bicara dengan mereka,” katanya.

“Dugaannya itu apa? Sebaiknya itu diselesaikan dulu di tingkat inspektorat. Jangan mengadu ke atas-atas.”

“Enggak tahu apa salurannya tertutup atau tidak mengerti tentang mekanisme pemerintahan,” bebernya.

“Akan saya tanyakan, kenapa mengadu ke medsos ya, karena mereka punya atasan. Ada Kasi atau Kabid, atau Kepala Dinas. Kalau di sana tidak bisa ditangani, baru naik. Kita akan koordinasi-lah,” tutupnya.

Jawaban Kepala Dinas Damkar, Gandara Budian, sudah dikutip wartawan. Bahwa ia membantah ada korupsi. “Tidak benar, itu,” ujarnya kepada wartawan.
Gandara membantah ada mark up pembelian sepatu dinas Damkar. Juga membantah ada pemotongan insentif petugas Damkar. “Potongan memang ada, tapi untuk BPJS Tenaga Kerja dan BPJS Kesehatan. Itu kan wajib,” katanya.

Tidak sebagaimana lazimnya kasus tudingan korupsi, Gandara tidak melaporkan balik Sandi yang menuduhnya korupsi. Biasanya, kasus model begini, digugat balik dengan tuduhan pencemaran nama baik. Tapi, ini tidak.

Sedangkan, Sandi kian gigih membongkar tudingan korupsi itu. Ia aktif mendatangi Kejaksaan Negeri Depok, Kamis (15/4/21), melapor, sekaligus menyerahkan bukti-bukti. 
Kegigihan Sandi dan diamnya atasan Sandi, membuat masyarakat percaya pada tudingan Sandi. Terbukti dari karangan bunga.

Kasus ini agak unik. Tapi, bisa jadi pelajaran bagi kepala daerah yang korup. Kalau mereka punya anak buah seperti Sandi, pasti menakutkan bagi koruptor. 

Apalagi, masyarakat mulai mendukung gerakan anti-korupsi. Satu karangan bunga (dukungan) harganya Rp 700 ribu. Berarti warga kelas menengah yang peduli. Atau warga biasa yang patungan untuk membeli karangan bunga.(ekn)


Editor :
Publisher :
Sumber :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button