Nasional

Resafel Harus Menyasar Tim Ekonomi dan Investasi

AMEG – Wacana resafel yang kian menguat harus menyasar ke tim ekonomi dan investasi.

Pernyataan itu disampaikan pendiri Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima), Sya’roni H Amin, terkait wacana kocok ulang kabinet, pasca disetujuinya peleburan Kemendikbud-Kemenristek dan penambahan Kementerian Investasi.

“Ekonomi dan investasi 2020 merosot, dan itu tidak sepenuhnya disebabkan pandemi Covid-19. Sebelum pandemi ekonomi Indonesia sudah menunjukkan penurunan,” tutur Sya’roni, Kamis (15/4/21).

Baca Juga

Dijelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2019 tercatat 4,97 persen, terburuk sejak kuartal IV tahun 2016. Kala itu ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,94 persen.

Saat memasuki 2020, makin parah. Pada kuartal I tahun 2020, capaian pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 2,97 persen atau berkurang 2,41 persen dibandingkan kuartal IV tahun 2019.

Masih menurut Sya’roni, pada 2 Maret 2020 diumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Pada 31 Maret 2020, pemerintah mengeluarkan Perppu Corona.

Pada Perppu itulah diatur beberapa aturan istimewa, di antaranya defisit APBN bisa melebihi 3 persen dari PDB, Bank Indonesia bisa membeli Surat Berharga Negara (SBN) di Pasar Perdana, dan pejabat keuangan tidak bisa dituntut hukum.

Semestinya, kata dia, berbekal aturan istimewa itu, ekonomi Indonesia bisa dipertahankan bertumbuh positif seperti yang dicapai empat negara ASEAN, Vietnam, Myanmar, Brunei Darussalam dan Laos.

“Faktanya, akhir 2020 ditutup dengan capaian minus 2,07 persen,” imbuhnya.

Di sisi lain, utang pemerintah terus melonjak. Akhir Februari 2021, total utang pemerintah mencapai Rp 6.361 triliun, naik tajam dibanding periode Februari 2020 yang hanya Rp 4.948,18 triliun.

Jadi jelas, dalam tempo setahun utang meningkat Rp 1.412,82 triliun. Utang melonjak tajam tidak sebanding dengan capaian ekonomi yang mengalami minus 2,07 persen.

Sya’roni juga menambahkan, prestasi muram juga terjadi pada sektor investasi. Realisasi investasi pada 2020 hanya mencapai Rp 4.897,78 triliun atau tumbuh minus 4,95 persen.

Dari tahun ke tahun, pertumbuhan investasi terus menurun. Pada 2018, pertumbuhan investasi mencapai 6,64 persen. Tahun 2019, turun menjadi 4,45 persen. Dan pada 2020, anjlok menjadi minus 4,95 persen.

“Pada struktur PDB 2020, investasi menyumbang kemerosotan terdalam yakni minus 1,65 persen. Sementara konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar minus 1,43 persen,” tutup Sya’roni. (ar)


Editor :
Publisher :
Sumber :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button