Film

Si Pemarah vs Si Gila

First Impression: Mad for Each Other

Kakao TV merilis drama unik. Tentang dua orang bertetangga yang menderita gangguan mental. Yang satu punya problem pengendalian amarah. Yang satu lagi paranoid parah. Tak peduli betapa keras keduanya berusaha saling menghindari, takdir justru selalu mempertemukan mereka.

***

AMEG – Itu adalah hari paling sial buat No Hwi-oh. Ketika naik bus, ia gagal turun di halte yang dituju. Gara-gara penumpang lain mengeblok pintu keluar. Ia harus jalan agak jauh ke tempat tujuan. Eh, begitu turun dari bus, hujan superderas menyambut. Ia menemukan payung di bangku halte. Ternyata rusak. Air malah mengguyurnya lebih keras.

Baca Juga

Basah kuyup, Hwi-oh memasuki sebuah gedung. Bergegas menuju lift. Namun, seorang perempuan yang sudah di dalam lift malah panik luar biasa. Dia memukuli Hwi-oh dengan payung. Mendorongnya keluar. Dengan satu tangan berkali-kali menekan tombol penutup pintu. Hwi-oh terlempar keluar lift, kebingungan dan kesakitan. Ia menjerit-jerit histeris.

Entah bagaimana akhirnya ia bisa mencapai kantor yang dituju: tempat praktik psikiater.

Hwi-oh rupanya sudah beberapa lama menjadi pasien di psikiater tersebut. Diagnosanya adalah Post-traumatic Embitterment Disorder. Atau kepahitan pascatrauma. Efeknya, ia tidak bisa mengendalikan amarah. Segala situasi yang buat orang lain biasa saja, bakal membuat Hwi-oh murka.

Oh ya, kesialannya berlanjut sepulang dari praktik psikiater. Di pedestrian daerah Gangnam yang lebar dan megah itu, ia terpeleset genangan air. Sandalnya lepas. Di belakangnya, tampak seorang perempuan yang berjalan dengan anggun. Hwi-oh minta tolong perempuan tersebut menendang sandal ke arahnya. Sandalnya memang ditendang. Tapi ke arah jalan raya…

Si perempuan ternyata pasien psikiater yang sama. Kepada sang dokter, dia curhat bahwa dirinya dikuntit orang. ’’Ada pria yang mengikutiku terus. Tapi ia berjalan di depanku. Bagaimana mungkin ia tahu tujuanku?’’ tanya Lee Min-kyung, perempuan berambut indah itu. Psikiater menyimpulkan, si cewek punya problem banyak sekali. Mulai dari delusi, gangguan stres pascatrauma, obsesif kompulsif, dan sebagainya.

Malamnya, dua orang itu itu bertemu lagi. Kali ini lebih parah. Min-kyung yang paranoid mengira Hwi-oh hendak menyerang dia. Sehingga dia naik ke atas kap sebuah mobil. Yang ternyata milik Hwi-oh. Mereka sama-sama berteriak-teriak histeris sampai membangunkan seisi apartemen. Membuat keduanya berakhir di kantor polisi.

Nuansa It’s Okay to Not Be Okay

Drama ini mengusung tema yang tidak ringan. Yakni gangguan mental. Anger management termasuk problem yang sering luput dari perhatian kita. Bahkan pemarah sering kali dianggap sebagai sifat. Bukan gangguan kejiwaan. Padahal efeknya juga mengerikan. Jika dibiarkan, penderitanya bisa mengalami anxiety parah, tekanan darah tinggi, hingga stroke.

Sialnya buat Hwi-oh (yang diperankan dengan sangat pas oleh Jung-woo), ia bertemu seseorang yang membuat kemarahannya tersulut 100 kali lebih cepat. Ya si Min-kyung itu. Yang diperankan Oh Yeon-seo, bintang My Sassy Girl dan A Korean Odyssey. Dengan segala paranoianya, Min-kyung memang annoying banget. Sialnya, ia kini sering berpapasan dengan cewek tersebut.

Min-kyung punya pilihan fashion yang unik. Dia selalu mengenakan kacamata hitam. Sekalipun malam hari. Tak lupa, dia menyelipkan bunga aster di telinga. Di Korea, bunga itu adalah lambang kegilaan. Dan Min-kyung tahu benar hal itu. ’’Aku sengaja begini. Agar dijauhi orang,’’ ucap dia kepada sang psikiater.

Hingga episode kedua yang tayang Selasa lalu, belum dijelaskan apa yang menyebabkan gangguan mental pada Min-kyung. Juga kenapa dia dan Hwi-oh baru bertemu (apakah Min-kyung baru saja pindah? Atau Hwi-oh terlalu sibuk marah-marah sampai tidak kenal tetangga?).

Hwi-oh sudah lebih dulu diberi latar belakang. Ia dulu adalah detektif andalan di distrik Gangnam. Namun, karirnya jatuh setelah gagal menangkap bandar narkoba. Ia diskors dalam waktu lama.

Menonton drama ini menghadirkan perasaan yang mirip dengan saat menyaksikan It’s Okay to Not Be Okay. Kita sama-sama disuguhi kisah penderita gangguan jiwa yang adorable. Min-kyung sama menyebalkannya dengan Ko Moon-young. Eh, Ko Moon-young sedikit lebih menyebalkan. Tapi vibe keduanya serupa.

Moon-young menutupi kondisi kejiwaan dengan penampilan anggun dan mewah. Sementara Min-kyung dengan dandanan quirky. Namun tujuannya persis. Yakni sama-sama untuk membuat orang menjauh dari mereka. Karena keduanya tak bisa mempercayai siapa saja.

Lebih Ringan dan Nagih

Namun, Mad for Each Other terasa lebih asyik dan ringan diikuti. Berkat skenario buatan Ah-kyung yang segar dan tajam. Dialognya pendek-pendek. Tapi smart, witty dan realistis. Apalagi durasi per episode sangat pendek. Hanya setengah jam. Ia juga hanya terdiri dari 13 episode. So, kalau tidak mau mengikuti per pekan, mau bingeing seharian pun bisa.

Karena ini k-drama, bisa dipastikan cowok pemarah dan cewek gila itu akan terlibat asmara. Nah, jalan menuju ke sananya yang bikin penasaran. Sebab, hingga akhir episode kedua, belum ada tanda-tanda keduanya bisa bersatu. Oleh sang psikiater, Hwi-oh bahkan terang-terangan disuruh menjauhi Min-kyung. Karena cewek itu mudah membuat emosinya berkobar.

Yang jelas, Mad for Each Other terasa lebih nagih dibandingkan beberapa drama Kakao TV yang ditayangkan Netflix sebelumnya. Seperti Lovestruck in the City dan A Love So Beautiful. Mungkin karena elemen humornya kuat. Dan pemeran utamanya, Jung Woo dan Oh Yeon-seo, adalah aktor yang sangat berpengalaman. Sehingga aktingnya luar biasa bagus.

’’Ketika kali pertama membaca skenario, aku merasa ceritanya sangat baru, fresh, dan kreatif,’’ kata Jung Woo dalam konferensi pers Senin lalu (24/5), dilansir Hancinema. ’’Aku ditawari drama ini tepat pada saat aku sangat lelah secara mental dan fisik. Gara-gara mengerjakan proyek yang berat. Membawakan peran Hwi-oh jadi seperti refreshing bagiku,’’ paparnya.

Ah, mungkin ini sebabnya Mad for Each Other terasa ringan dan menyenangkan. Sepertinya pikiran kita ikut merilekskan diri setelah dipacu menonton Mouse, Taxi Driver, dan Move to Heaven. (*)


Editor : Sugeng Irawan
Publisher : Rizal Prayoga
Sumber : Di's Way

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button