Nasional

Strategi Keluar Masuk Tol, Surabaya – Jakarta 17 Jam

Catatan Ringan Mudik dan Balik Lebaran 2022 (1)

Jika saat mudik pada Minggu (24/4) rute Jakarta – Surabaya bisa kami tempuh 9 jam, saat balik pada Kamis (5/4) memakan tempo 17 jam. Lebih lama dua kali lipat. Namun waktu tempuh saat balik tersebut jauh lebih cepat dibandingkan pengalaman beberapa teman, yang bisa mencapai lebih 24 jam. Berikut saya share pengalaman balik Lebaran 2022 ini:

TOL Trans Jawa seperti tak mampu lagi menampung ratusan ribu, mungkin lebih sejuta, mobil yang mudik dan balik Lebaran tahun ini. Berbagai rekayasa lalu lintas di jalan tol disiapkan pemerintah, namun tetap tak bisa mencegah terjadinya kemacetan parah.

Baca Juga

Kami meninggalkan kota Surabaya jam 11 siang. Dari Waru, langsung masuk Tol Surabaya – Mojokerto. Situasi lalu lintas cukup ramai, dibandingkan saat kami melintasi di luar waktu Lebaran. Namun, relatif lancar dan kendaraan bisa dipacu 100 KM per jam. Transit sekitar satu jam di Rest Area 657 untuk silaturahmi dengan sahabat Kurniawan Muhammad, Direktur Jawa Pos Group, bersama keluarga.

“Ini oleh-oleh kecil dari Tanah Suci Makkah, Bro. Semoga barokah dan sukses terus, perjalanan ke Jakarta selamat dan lancar. Aamiin,” kata KUM, panggilan Kurniawan, sambil menitipkan sekotak kurma Ajwa dan sajadah. Barokallah.

Jam 1 siang kami melanjutkan perjalanan. Sepanjang Jawa Timur, kondisi Tol Trans Jawa ramai lancar. Tidak ada kemacetan. Ngawi sampai Sragen, ramai lancar. Memasuki Solo, laju kendaraan mulai tersendat. Sampai kemudian berjalan sangat pelan, memasuki KM 470an, benar-benar tersendat.

“Wah mulai macet Mas, kita ambil bahu jalan saja ya,” saya sebagai driver shift pertama berdiskusi dengan Anak Lanang.

Di bahu jalan, laju kendaraan juga tersendat. Ini adalah titik kemacetan pertama yang kami
hadapi. Hampir satu jam melewati kemacetan pertama tersebut.

Penyebab macet adalah antrean kendaraan yang akan masuk Rest Area KM 456. Rest Area di Salatiga ini memang sangat ikonik dan selalu jadi jujugan istirahat para pelancong. Sependek pengetahuan saya, ini adalah rest area terbaik di Indonesia. Sayang, kemarin antrean kendaraan membludak sehingga terjadi antrean dan menjadi sumber kemacetan panjang.

Kami pun yang berencana istirahat di sini, gagal karena sudah terlalu banyak kendaraan yang masuk dan rest area sementara ditutup.

Selepas Rest Area KM 456, relatif lancar. Tapi hanya sejenak. Tak sampai 10 menit, ketemu macet lagi. Rupanya kemacetan ini karena antrean di gerbang tol Banyumanik, KM 420. Kami masih di sekitar KM 450, laju kendaraan kembali tersendat. “Wah macet 30 KM ini,” kata saya.

Mengikuti saran Dirjen Perhubungan Darat yang saya lihat di TV malam sebelumnya, agar pemudik tidak hanya mengandalkan jalan tol, kami memutuskan keluar Tol Bawen di KM 442. Memilih mencari jalur alternatif dan mencari tempat istirahat.

Sekira jam 5 sore perjalanan di jalur arteri dari Bawen ke arah Semarang kami lanjutkan. Jalan arteri juga sangat ramai, termasuk banyak pemudik dengan kendaraan bermotor roda dua. Harus ekstra hati-hati di sini. Untuk pilihan rute, kami pasrah bongkok’an dengan Google Map.

Sekira jam 7 malam, kami kembali masuk ke tol dari pintu tol setelah Kota Semarang.

Rest Area di sekitar Batang, juga menjadi pemicu kemacetan panjang. Cukup lama dan berat menghadapi macet sebelum Jembatan Kali Kutho (City River Bridge) yang juga ikonik ini.

Selepas kemacetan di Batang, perjalanan relatif lancar hingga kami pun beristirahat di Rest Area Brebes KM 260.

Sekitar jam 10.30 malam. Info dari Google Map, selepas rest area yang dibangun di bekas pabrik gula ini, macet panjang hingga gerbang Tol Palimanan di KM 188. Wow, macet 72 KM.

Kami pun kembali memilih keluar tol di pintu pertama setelah rest area. Akses ke Gerbang Tol Palimanan kami tempuh melalui jalur arteri. Alhamdulillah, jam 1 malam kami tiba di Gerbang Tol Palimanan.

Kami tahu akan ada kebijakan one way di Tol Cipali. Sayang, kami salah ambil posisi sehingga diarahkan masuk ke pintu tol reguler. Tak lama masuk jalan Tol Cipali, kemacetan sudah menghadang. Kita keluar tol lagi. Kesepakatan saya dengan Anak Lanang yang telah mengambil alih kemudi sejak usai istirahat di Bawen jam 5 sore.

Agak gelo (sedih) juga karena tak lama setelah masuk ruas Cipali, one way diberlakukan. Kendaraan di ruas kanan, melaju kencang ke arah Jakarta. Kami di ruas kiri (jalur reguler) hanya bisa melaju 10-20 KM per jam.

Info dari Google Map kemacetan terjadi hingga pintu tol Cikampek, dan masih macet hingga Karawang.

Kami pun akhirnya keluar pintu tol Subang di KM 110. “Sudah kita lewat jalan biasa saja sampai rumah. Empat atau lima jam sampai rumah lah,” kata saya. Anak Lanang setuju.

Kami pun keluar Subang. Kondisi badan sudah sangat lelah, mau menyerah rasanya dan mencari penginapan. Tapi tanggung, tinggal 110 KM lagi. Di tengah kelelahan dan frustasi melihat kemacetan panjang, kami mendapat “rejeki”. Petugas di pintu keluar Subang membuka akses kepada kami masuk ke jalur yang terhubung ke jalur one way, yang lancar tadi.

Seperti mendapatkan durian runtuh, sekitar jam 2 dini hari kami pun masuk ke jalur one way dari pintu tol Subang. Kelelahan karena macet panjang seperti hilang di sini. Dan kami pun melaju kencang hingga Gerbang Tol Cikampek di KM 72 dan lanjut masuk jalur contra flow hingga KM 42.

Alhamdulillah, persis saat adzan Subuh berkumandang, kami sekeluarga empat orang tiba dengan selamat di rumah di pinggiran Jakarta. Perjalanan panjang yang melelahkan namun membahagiakan. (bersambung/ tofan.mahdi@gmail.com)


Editor : Irawan
Publisher : Ameg.id
Sumber : Ameg.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button