Nasional

Tumbangkan Barbara Dulu, Yang Lain Gampang

Menjaga Lentera Dakwah Pesantren JeHa Jarak Dolly (19)

Pemkot menyiapkan Rp 20 miliar untuk membebaskan wisma-wisma di Jarak-Dolly pascadeklarasi penutupan, 18 Juni 2014. Wisma Barbara yang dirintis Tante Dolly berhasil ditebus paling awal. Gedung yang menjadi cikal bakal lokalisasi itu tamat duluan.

***

AMEG – Gedung putih setinggi enam lantai di Gang Dolly itu paling mencolok dibanding wisma yang lain. Wisma Putri Lestari yang ditempati Pesantren JeHa, tak ada apa-apanya.

Baca Juga

Itulah Wisma New Barbara yang dikuasai Saka atau Sakak. Bangunannya yang didesain modern itu menenggelamkan citra wisma lain yang sudah berumur.

Saka tak main-main menginvestasikan duitnya. New Barbara bak “monumen” baru di Dolly. Pembangunannya jadi simbol perlawanan saat pemkot mengumumkan rencana penutupan semua lokalisasi di Surabaya.

Wisma Barbara yang berada di daerah Dolly kini menjadi Broadband Learning Center yang kelola oleh Pemerintah Kota Surabaya (20-5).Foto: Eko Di’s way

Begitu wisma itu berdiri, seluruh pekerja seks komersial (PSK) paling cantik berkumpul di sana. Ia menyeleksi 185 pelacur terbaik dari enam wisma yang ia kuasai. Maka New Barbara jadi simbol kekuatan baru industri seks di Dolly. Ia ingin menunjukkan bahwa Dolly belum habis. Masih sangat berpotensi dan menghasilkan.

Namun hari yang dijanjikan pemkot itu tiba juga. Penutupan Lokalisasi Jarak-Dolly dideklarasikan di Islamic Centre pada 18 Juni 2014.

Terjadi perlawanan dari Front Pekerja Lokalisasi (FPL) sehari setelahnya. Mereka meminta semua wisma tidak terpengaruh dengan deklarasi yang menghadirkan Mensos Salim Segaf Al Jufri itu.

Semua wisma ngotot tetap buka. Lampu-lampu dan musik dangdut koplo dinyalakan di semua wisma sebagai simbol penolakan hasil deklarasi.

Tapi Saka menghilang. Seluruh wisma yang ia kuasai tutup. Mulai muncul desas-desus bahwa Saka telah takluk di tangan Pemkot Surabaya. Seluruh Wisma miliknya akan dijual.

Lapangan Futsal di Gang Dolly yang dulunya bekas Wisma.Foto: Eko Di’s way

FPL menganggap itu sebuah ancaman besar. New Barbara yang sudah telanjur jadi “monumen” baru itu jangan sampai jatuh ke tangan pemerintah. New Barbara telanjur jadi benteng utama untuk mempertahankan Dolly. Jika yang besar sudah tunduk pada pemerintah, maka yang kecil jadi urusan gampang.

Sehari setelah deklarasi penutupan, pegawai Saka mulai mengosongkan semua perabotan dalam wisma. Televisi, AC, kulkas, meja, hingga kursi diangkut truk.

Pada 20 Juni 2014, pria paling dicari di Jarak-Dolly itu akhirnya muncul ke Kantor Koramil 0832/1 Sawahan. Ia mengantarkan PSK mengambil uang kompensasi dari pemerintah.

Saka juga dapat. Setiap satu wisma yang ditutup, ia dapat Rp 5 juta. Karena ia punya enam wisma, siang itu ia membawa pulang uang Rp 30 juta. Angka itu sebenarnya relatif kecil baginya. Duit segitu bisa didapatkan dalam satu malam.

Namun uang yang lebih besar sudah menanti di Balai Kota Surabaya. Wali Kota Tri Rismaharini sudah mengumumkan bahwa pemkot sudah sepakat membeli New Barbara Rp 9 miliar.

Pentolan FPL Ari Saputro alias Pokemon menganggap Saka adalah pengkhianat. Pemkot juga dituding menawarkan tukar guling dengan aset di Darmo Park dan Kedung Doro. Sehingga Saka tidak benar-benar menutup wismanya. “Bisnis kelamin” cuma pindah tempat.

Benar tidaknya tudingan itu, tidak menyurutkan upaya eksekusi yang dilakukan aparat gabungan sebulan pasca penutupan. Wisma-wisma yang memaksa bertahan diberangus aparat. Pemberontak ditangkap. Banyak yang ditangkap hingga ditetapkan tersangka.

Mereka yang akhirnya terjerat pidana adalah Ari Saputro (Pokemon), Kanan bin Jadi, Supari, Jaringsari, Pardi, Mausul Hadi, dan Darmanto. Ada yang kena pasal penghasutan, ada juga yang dijerat pasal perusakan.

Saat tokoh-tokoh FPL ditangkap, Satpol PP mulai menyisir satu per satu wisma. Tim Pikachu yang dibentuk Kasatpol PP Irvan Widyanto mengambil peran besarnya. Hiburan malam tanpa izin disegel.

PSK yang pulang kampung ke desanya masing-masing mulai ragu kembali ke Surabaya setelah lebaran. Mereka tahu bos mereka tak bisa memberontak lagi.

Pemilik wisma tak punya banyak pilihan. Satu per satu germo keok. Mereka datang ke pemkot menerima tawaran pembebasan tanah.

Dalam kesempatan itu, Pengurus JeHa mulai ancang-ancang melebarkan sayapnya. Banyak wisma nganggur di Dolly.

Ini jadi momentum untuk mendirikan cabang pesantren. Selama ini mereka cuma berjuang di Putat Jaya Gang IV B. Pengurus merasa perlu menancapkan bendera pesantren tepat di wajah Gang Dolly di Kupang Gunung Timur itu.

Mereka melirik Wisma Putri Lestari yang terletak di dekat gapura Gang Dolly. Pemiliknya tidak mau menjual aset itu ke pemkot. Hanya dikontrakkan saja.

Pengurus JeHa sebenarnya ingin membeli gedung itu. Cuma, pemiliknya mematok harga tinggi. Harga terakhir mencapai Rp 1,7 miliar. “Akhirnya kami sewa. Yang penting kami berhasil punya pondok di Gang Dolly,” ujar salah seorang pendiri JeHa, M. Nasih.

Setelah tiga tahun berdakwah di Gang Dolly, jumlah santri JeHa semakin besar. Yang angkatan awalnya cuma 30 anak, kini berkembang jadi 225 santri.

Masalahnya, kontrak JeHa sudah habis. Pemilik gedung tak mau memperpanjang perjanjian. Maunya dijual tunai.

JeHa kini mencari tempat lain di Gang Dolly. Kalau pemkot mau meminjamkan asetnya yang belum dimanfaatkan, bendera dakwah akan terus berkibar di Dolly.

Alih Fungsi Eks Wisma di Jarak Dolly, baca besok.


Editor : Sugeng Irawan
Publisher : Rizal Prayoga
Sumber : Di's Way

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button