AMEG – Pasca musim kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014 dan paruh Liga 1 2018 dan 2019, peran jenderal lapangan tengah asing, seakan menjadi barang langka bagi tim sekelas Arema FC.
Paling tidak dalam empat musim terakhir, tim Singo Edan nyaris tak memiliki pemain yang mampu memerankan posisi tersebut. Baik pada QNB Laague 2015, ISC A 2016, Liga 1 2017, maupun Liga 1 2020.
Padahal sosok playmaker dalam tim, memiliki peran vital dalam mengatur irama permainan. Ia bertugas mendistribusikan bola dan memberi jalan atau membuka ruang bagi lini depan mencetak gol.
‘’Memang harus diakui, kita membutuhkan playmaker mumpuni, untuk kompetisi Liga 1 2021 mendatang. Pemain yang memiliki ketenangan, skill bagus, intelejensisi mumpuni dan akurasi tinggi.
Tidak mudah mencarinya. Paling tidak tipikalnya seperti pemain Persija Jakarta, Marc Anthony Klok. Kalau era Arema dulu, sosok Rodrigo Araya mungkin,’’ ungkap asisten pelatih Arema FC, Singgih Pitono.
Era Indonesia Super League 2009/2010, tinta emas juara ditorehkan Arema bersama pelatih asal Belanda, Robert Rene Alberts. Performa ciamik diperlihatkan lini per lini tim ini.
Mulai dari center back Pierre Njanka-Beyaka (Kamerun), winger Muhammad Ridhuan (Singapura), target man Noh Alam Shah (Singapura), hingga penjaga gawang, Kurnia Meiga Hermansyah.
Namun semuanya tak lepas dari kepiawaian sang jenderal lapangan tengah asal Republik Slovakia, Roman Chmelo dalam memainkan ritme permainan tim.
‘’Dalam formasi apapun, kehadiran seorang playmaker sangat vital bagi tim. Entah sebagai pengatur permainan dalam tim, atau sebagai deep-playmaker,’’ kata Kuncoro.
‘’Sejak era Makan Konate musim 2018 dan 2019, kita minus untuk posisi itu. Kompetisi mendatang, paling tidak kita butuh yang selevel Makan Konate atau Chmelo. Memang langka. Bahkan kalau boleh saya katakan, dengan berbagai persyaratan teknis mumpuni seperti kedua pemain itu, sulit didapatkan,’’ timpal pelatih caretaker Singo Edan ini.
Bagi Arema, kehadiran playmaker murni, merupakan sosok kunci tim. Terbaru, dalam turnamen Piala Menpora 2021 lalu, Arema seakan bermain tanpa sosok playmaker.
Yang bertugas menskenario serangan, mengatur tempo permainan, mencari atau membuat celah bagi penyerang atau target man, untuk mencetak gol atau setidaknya menciptakan peluang.
Arema pernah memiliki jenderal lapangan tengah asing terbaik di Tanah Air. Sebut saja, Makan Konate (Mali, Liga 1 2018 dan 2019), Gustavo Fabian Lopez (Argentina, ISL 2013 dan 2014), dan Esteban Javier Guillen Tejera (Uruguay, ISL 2009/2010, 2011/2012).
Kemudian Roman Chmelo (Slovakia, ISL 2008/2009, 2009/2010, 2011/2012), Joao Carlos Quinto dos Santos (Brasil, Liga Indonesia 2004, 2005, 2006, 2007), dan Fabian Rodrigo Araya Moreno (Chile) pada Liga Indonesia 1998/1999, 1999/2000 dan 2003. (Ra Indrata)
Editor | : | |
Publisher | : | |
Sumber | : |