Nasional

Money Heist Ngefek Perampok Cilandak

Perampok bank di Jakarta, BS (43) mengaku terpengaruh film Money Heist. Sampai ia siapkan bom asap, buat lolos. “Pengakuannya begitu,” kata Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Budhi Herdi ke wartawan, Kamis (7/4).

***

RASIONALKAH itu? Perampokan, kejahatan serius. Taruhan nyawa. Pelaku mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Mungkinkah itu hanya akibat nonton film? Money Heist?

Baca Juga

Kombes Budhi mengungkap barang bukti milik pelaku. Sebuah airsoftgun. Sebuah pisau lipat. Sebuah alat kejut elektrik. Kabel ties. Bom asap. Tas gendong bakal tempat duit. Mobil Daihatsu Xenia silver nopol B-2374-SFN.

Bisa digambarkan, BS menodong semua orang dengan airsoft gun (sudah dilakukan). Seandainya terjadi pertarungan jarak dekat, ia punya pisau lipat dan alat kejut elektrik.

Seumpama BS bisa menguasai situasi, ia akan mengikat semua sandera dengan kabel ties. Lanjut menodong petugas berwenang terhadap brankas. Untuk membuka brankas. Lalu uang dikeruk, dipindahkan ke tas gendong.

Setelah tas penuh uang, ia meninggalkan brankas. Lalu melempar bom asap. Akhirnya, lari masuk mobil, tancap gas, kabur.

Itu yang tergambar di film drama serial Money Heist. Perampokan Royal Mint of Spain, otoritas pencetak uang Spanyol (di Indonesia namanya Perum Peruri).

BS juga melakukan observasi lokasi, sebelum merampok Bank Jabar Banten (BJB) cabang Fatmawati di Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa, 5 April 2022.

Kombes Budi: “Paginya ia mengamati beberapa kantor bank di sekitar lokasi. Lalu dipilih BJB, karena saat itu dinilai paling sepi.” Perampokan pukul 14.30.

Dan, semua peralatan yang dibawa BS belum tergunakan, kecuali airsoft gun. Menembak, kena pipi Satpam inisial F, mengakibatkan lebam. Kemudian BS duel dengan F, sampai diringkus polisi.

Money Heist pelakunya sembilan orang. Nama-namanya menggunakan nama kota: Berlin, Tokyo, Nairobi, Rio, Denver, Moscow, Helsinki, dan Oslo. Dipimpin: Profesor. Saat beraksi, semua bertopeng.

BS sendirian. Pakai topi hitam, bagian tudung diturunkan. Mengenakan masker besar.

Menurut Kombes Budhi, tersangka BS rajin menonton film serial Money Heist, sehingga terinspirasi. “Termasuk persiapan granat asap, seperti di film tersebut,” katanya.

Money Heist tayang perdana di Netflix 2 Mei 2017. Terdiri empat sesi. Sesi ke lima (Part II) tayang 3 Desember 2021.

Namanya film fiksi, Money Heist dirancang apik. Menghasilkan seru, mencekam penonton. Di sesi I, perkenalan karakter para pemain. Dilanjut merampok Royal Mint of Spain.

Dengan perencanaan matang, eksekusi sesuai rencana, perampokan sukses. Tapi pelaku Rio ditangkap polisi, gegara menelepon Tokyo.

Di sesi berikutnya mereka merampok Bank of Spain. Merampok emas murni 90 ton. Perencanaan matang, ekskusi meleset. Karena ada pelaku yang naksir cewek yang dijadikan sandera.

Perampokan, sebagaimana suatu pekerjaan, membutuhkan fokus, taat pada perencanaan. Stick to the plan. Yang rumit.

Tapi, film tidak seru jika tidak ada penyimpangan perencanaan. Di situlah problem film dibangun. Sehingga terus menyeret daya pikat penonton, dari sesi ke sesi.

Professor, pemimpin perampok akhirnya ditangkap polisi cewek, Alicia. Itu menyebabkan anggota geng kocar-kacir. Tapi, kelanjutan cerita tetap seru. Sehingga film ini jadi trending topic di medsos selama tiga tahun terakhir ini.

Inikah yang mempengaruhi BS merampok? Jangan lupa, BS pegawai bank bagian HRD (Human Resources Development) bergaji Rp60 juta per bulan. Posisi kerjanya menunjukkan ia ahli, setidaknya paham, psikologi. Apakah begitu gampang ia terpengaruh?

Prof Gordon B. Dahl, guru besar ilmu ekonomi di The University of California, San Diego, AS, dalam wawancara dengan The New York Times, 7 Januari 2008, bertajuk “Violent films may cut real crime, study finds“, menyatakan:

“Film bertema perampokan, tidak akan membuat orang mendadak jadi merampok. Kecuali menimbulkan kenakalan pada remaja.”

Prof Dahl bersama Stefano Della Vigna, ekonom di University of California, Berkeley, AS, mengadakan riset untuk itu di Amerika.

Hasilnya, berkebalikan dari anggapan banyak orang selama ini. Film bertema kekerasan, justru mengurangi angka kekerasan secara realitas.

Disebutkan, sejak awal milenium (tahun 2000) pemutaran film kekerasan di Amerika Serikat telah mengurangi serangan rata-rata. sekitar 1.000 kasus per akhir pekan, atau 52.000 kasus per tahun. Dari tahun 2000 sampai 2008.

Prof Dahl: “Pada hari Senin dan Selasa, setelah pemutaran film kekerasan di akhir pekan di bioskop, tidak ada lonjakan kejahatan kekerasan yang muncul untuk mengimbangi jam-jam damai di bioskop.”

Kesimpulan Dahl dan Vigna, bertolak-belakang dengan penelitian psikolog, yang umumnya menyatakan, kekerasan dalam film bakal memicu tindak kekerasan warga di dunia nyata.

Tapi, riset Dahl dan Vigna hanya berhenti sampai di situ. Bahwa film bertema kekerasan justru membuat jumlah kasus tindak kerasan di masyarakat menurun. Tidak disebutkan, mengapa bisa begitu?

The New York Times juga menyajikan kontra di naskah tersebut. Menampilkan Craig Anderson, psikolog dan direktur Pusat Studi Kekerasan di Iowa State University, AS.

Anderson: “Ada ratusan penelitian yang dilakukan oleh banyak kelompok penelitian di seluruh dunia. Menunjukkan bahwa paparan kekerasan media, termasuk film, meningkatkan perilaku agresif orang.”

Dilanjut: “Orang-orang belajar dari setiap pengalaman dalam hidup. Dan pembelajaran itu terjadi pada tingkat yang sangat dasar dari fungsi otak.”

Perdebatan di kalangan ilmuwan sudah biasa. Meskipun dasarnya sama-sama hasil riset. Mereka tidak mempertajam perbedaan pendapat itu dengan ujaran kebencian. Sama sekali tidak.

Perbedaan pendapat itu bisa menimbulkan penelitian baru. Dalam keilmuan, tesa memang harus dilawan antitesa. Agar menghasilkan sintesa. Dan, sintesa merupakan tesa baru, yang bakal dilawan antitesa. Siklus itu bertujuan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia.

Persoalannya, BS berusia 43. Dengan posisi pekerjaan (awal) seperti itu. Sedangkan, kata Prof Dahl, film hanya bisa berpengaruh terhadap remaja. Itu pun hanya asumsi Dahl. Tanpa bukti empiris penunjang.

Kombes Budhi: “Tersangka juga mengaku, ia punya utang Rp1,5 miliar yang jatuh tempo Jumat, 8 April 2022.”

Kayaknya, BS merampok bukan akibat menonton Money Heist. Bisa jadi karena ‘gelap mata’. (*)


Editor : Irawan
Publisher : Ameg.id
Sumber : Ameg.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button