Kesehatan

Garam Bukan Penyebab Hipertensi, Puasa Bisa Sembuhkan

AMEG-Banyak orang beranggapan mengonsumsi garam bisa menyebabkan hipertensi. Ini salah besar. Tak ada hubungannya mengonsumsi garam dengan penyakit hipertensi.

“Yang betul adalah orang yang menderita hipertensi disarankan mengurangi konsumsi garam. Ini yang betul,” tegas dr Tjatur Priambodo MKes saat kultum setelah shalat Tarawih di Masjid An-Nur Muhammadiyah Sidoarjo, belum lama ini.

Menurutnya, saat ini penderita hipertensi usia 18 tahun ke atas mencapai 34 persen. “Gampangnya, di antara tiga orang, satu terkena hipertensi,” jelasnya.

Baca Juga

Dalam hadits sahih disebutkan Allah menciptakan penyakit juga akan menciptakan obatnya, kecuali tua. Semakin baik harapan hidup di Indonesia menyebabkan penduduk usia tua semakin banyak.

“Maka, karena termasuk penyakit degeneratif (kondisi kesehatan saat tubuh penderitanya mengalami penurunan fungsi jaringan dan organ) angka hipertensi itu banyak,” katanya.

Tjatur memaparkan melalui puasa Ramadhan harusnya hipertensi terkontrol. Bahkan tidak perlu minum obat. Banyak pasien tidak perlu minum obat jika menjalani puasa dengan benar.

Sebab, tubuh kita akan sehat jika puasa kita benar. Mulai dari niat, sahur, dan berbuka yang benar. Ia menjelaskan penyebab hipertensi ada tiga.

Pertama, volume darah berlebihan. Ibarat ruang ini daya tampungnya dua ratus orang lewat satu pintu itu normal.

“Tapi jika ruangan ini diisi tiga ratus orang kemudian disuruh keluar lewat pintu yang sama, maka tidak muat,” papar Ketua Divisi Penelitian dan Kesmas Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini.

Kedua, karena terjadi penyempitan. Ibaratnya jumlah orang di sebuah ruangan tetap tapi pintunya menyempit. Itu juga menyebabkan hipertensi.

“Penyebab ketiga karena elastisitas menurun. Ruangan sama pintu sama tapi tidak bisa buka sempurna. Itu karena elastisitas menurun,” ungkapnya.

Dia mengatakan penyakit hipertensi ada yang pemberian (given) dari Allah. Hal ini biasanya karena keturunan juga jenis kelamin. Ini tidak bisa diapa-apakan. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan perempuan.

“Hal yang bisa diintervensi adalah makanan, olahraga dan kontrol emosi. Momen Ramadhan bisa mengontrol emosi,” tipsnya.

Jadi, sambungnya, orang yang sabar, bersyukur, dan ikhlas adalah orang yang bisa mengontrol emosi saat Ramadhan.

Tjatur menjelaskan cara mengontrol emosi saat Ramadhan, pertama orang yang sabar. Allah bersama orang yang sabar. Orang yang bersama Allah akan disayangi dan orang yang disayangi akan dilindungi-Nya.

“Wastaiinu bissobri wash-sholat. Orang yang benar shalatnya pasti akan sabar karena seharusnya shalat teraplikasi dalam kehidupan,” ujarnya.

Dia mengungkapkan sabar bagian dari iman. Saat iman tinggi akan dijauhkan dari kemarahan. Ini akan mengantarkan pada implikasi yang kedua yaitu orang sabar akan bersyukur.

Dokter Tjatur mengatakan ungkapan rasa syukur bisa dalam hati, melafalkan dengan kalimat hamdallah, dan menjaga amanah yang diberikan. Dalam konteks medis kita diamanahi paru-paru, jantung, ginjal yang baik.

“Banyak olahraga merupakan bagian dari bersyukur,” katanya pendek.

Kunci ketiga, lanjutnya, adalah Ikhlas. Hanya berharap rida dari Allah SWT tidak melihat besar kecilnya amal. Saat lihat orang masuk masjid langsung duduk, kemudian kita berbicara dalam hati, Duh eman datang-datang langsung duduk.

“Saya walau capek tetap shalat tahiyyatul masjid. Saat itu keikhlasan kita sudah berkurang,” tambahnya.

Dia menegaskan tugas kita sekarang adalah meng-upgrade iman. Pada usia di atas 60 tahun ke atas tensi masih 150/100 berarti masih tinggi, saat itulah masih perlu obat.

“Tapi, kalau melakukan apa yang disarankan di atas, insyaallah tidak perlu minum obat,” tandasnya. (sumber: pwmu.co)


Editor :
Publisher :
Sumber :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button